"Betul-betul sekali saja, tidak bisa lagi ditawar. Mau tidak mau siswa-siswi harus bekerja keras," kata Mendiknas.

Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah menggunakan ujian nasional (UN) bukan hanya untuk mengukur tingkat kompetensi anak didik di bidang matematika dan bahasa saja, tetapi juga sebagai instrumen untuk melatih sikap gigih dan berani menghadapi cobaan. Hal tersebut disampaikan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo dalam rapat kerja dengan Panitia Ad Hoc IV Dewan Perwakilan Daerah di DPR RI, Jakarta, Senin. Menurut Mendiknas, pemerintah memprihatinkan fenomena terutama di kalangan generasi penerus bangsa yang cenderung tumbuh dan berkembang sebagai bangsa yang lembek, kurang gigih dan kurang berani menghadapi tantangan. "Untuk masalah ini, kami agak gelisah melihat gejala-gejala bangsa ini cenderung menjadi bangsa yang lembek, kurang gigih menghadapi tantangan," kata Mendiknas yang juga menyinggung gejala anak-anak sekolah mengancam bunuh diri karena gagal lulus ujian nasional. Disampaikannya, penyelenggaraan ujian nasional sekali saja mengandung pesan yang sangat jelas. Pemerintah tidak ingin bersikap lembek dengan memberikan kesempatan ujian nasional ulangan untuk siswa-siswi yang gagal ujian nasional. "Betul-betul sekali saja, tidak bisa lagi ditawar. Mau tidak mau siswa-siswi harus bekerja keras," katanya. Mendiknas mengatakan, peningkatan mutu pendidikan nasional dikelola dari segi pengangkatan nilai rata-rata nasional dan pencapaian puncak-puncak prestasi internasional. Ia menjelaskan bahwa puncak-puncak prestasi internasional sangat menggembirakan dalam dua tahun terakhir berkat perolehan medali pada olimpiade sains. "Bagaimana mengelola puncak-puncak ini? Kami sudah mengusulkan kepada Presiden supaya peraih medali perak dan perunggu dianugerahi penghargaan Satya Lencana Karya Satya," ujarnya. Sementara itu, guna mengangkat mutu nilai rata-rata nasional masih menghadapi kendala mengingat nilai rata-rata yang sungguh rendah. Karena itulah, pemerintah menganggap penting diselenggarakan ujian nasional sebagai standar untuk mendongkrak nilai rata-rata semua kalangan. "Kalangan yang paling kaya maupun paling miskin, sekolah maupun madrasah, semua terkena dengan standar yang sama menggunakan ujian nasional," jelasnya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006