IMI melihat kemiskinan nelayan tradisional disebabkan berbagai faktor, antara lain kuranya keberpihakan pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terhadap sistem ekonomi nelayan,"

Jakarta (ANTARA News) - Indonesia Maritime Institute (IMI) dalam memperingati Hari Nelayan yang jatuh pada 6 April, meminta pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan kaum nelayan tradisional khususnya yang hidup di bawah garis kemiskinan.

"IMI melihat kemiskinan nelayan tradisional disebabkan berbagai faktor, antara lain kuranya keberpihakan pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terhadap sistem ekonomi nelayan," kata Direktur Maritime Campaign IMI, Bama Putra kepada pers di Jakarta, Minggu.

Menurut dia, berbagai program KKP sudah dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup nelayan tradisional yang melibatkan anggaran dari APBN.

Dia memberikan contoh ada program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP), bantuan alat tangkap seperti motor tempel dan jaring, SPDN dan lain sebagainya. "Namun hasilnya belum maksimal, karena orientasi program itu lebih ke "orientasi projek" daripada pencapaian target dicapai," tegasnya.

Selain itu, kata Bama, saat ini KKP lebih fokus pada perikanan tangkap yang melibatkan kapal-kapal besar (bukan nelayan tradisional) dengan menerbitkan Permen Nomor 12 dan 30 tahun 2012. Permen ini cenderung memihak pada pengusaha besar yang memiliki kapal diatas 30 GT.

IMI mendesak KKP segera mengubah pola berfikir dalam menyusun kebijakan terkait nelayan tradisional. "Program KKP seharunya lebih banyak berpihak kepada mereka, bukan malah mengurusi nelayan besar yang relatif sudah mapan," kata Bama.

Sebelumnya diberitakan, berdasarkan data KKP pada 2011 ada 7,87 juta jiwa nelayan miskin dan anggota keluarganya di pesisir. Jumlah tersebut adalah sebesar 25,14 persen dari total penduduk penduduk miskin nasional yang sebanyak 31,02 juta jiwa. Selain itu, jumlah nelayan miskin dan anggota keluarganya tersebar setidaknya di 10.600 desa nelayan di berbagai daerah.

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013