Semarang, Jawa Tengah (ANTARA) -
Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sukaryo Teguh Santoso menyatakan bahwa Perkumpulan Juang Kencana (Juken) yang terdiri dari para pensiunan BKKBN memberi warisan penguatan KB untuk menurunkan angka stunting.
 
"Peranan Juken ini sangat strategis dalam rangka menggerakkan program Pembangunan keluarga, kependudukan dan keluarga berencana (Bangga kencana) di lapangan, utamanya dalam upaya percepatan penurunan stunting," kata Sukaryo saat menghadiri audiensi Juken di Kantor Wali Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis.
 
Ia menegaskan, peran Juken sangat strategis untuk menguasai, menganalisis sasaran yang tajam, melakukan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE), dan bersama membangun kesempatan untuk membina keluarga.
 
"Beliau-beliau (anggota Juken) ini masih produktif, punya pengalaman, kapasitas yang baik, oleh karena itu dalam upaya percepatan penurunan stunting, ini menjadi sebuah tenaga, paling tidak sebagai penasehat senior lapangan yang terdiri dari kader, Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB), dan Penyuluh Keluarga Berencana (PKB)," tutur Sukaryo.
 
Kota Semarang dipilih menjadi pusat kegiatan Jambore Nasional (Jamnas) Juken ke-VI dengan pertimbangan bahwa kota ini telah berhasil membuat inovasi-inovasi program yang bisa dicontoh di tingkat nasional, salah satunya "Rumah Pelita".
 
Rumah Pelita yakni rumah penanganan stunting lintas sektor bagi bayi di bawah dua tahun (baduta) yang memberikan pelayanan tidak hanya bagi anak stunting, tetapi juga pelayanan bagi ibu hamil yang mengalami anemia (kekurangan darah merah) dan Kekurangan Energi Kronis (KEK).
 
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu yang akrab dipanggil Ita mengapresiasi kehadiran para sesepuh Juken yang hadir ke Semarang untuk mempelajari praktik-praktik baik penurunan stunting dari hulu, mulai dari penguatan Keluarga Berencana (KB) hingga program edukasi tentang anemia kepada remaja.
 
"Kami sadar bahwa program-program penurunan stunting yang ada di Kota Semarang ini belum sempurna, karena kami tahu, kami harus banyak belajar dari senior yang sudah berkiprah lama di BKKBN, yang telah memahami lika-liku KB dari hulu ke hilir," katanya.

Menurutnya, untuk menurunkan angka stunting tidak bisa hanya intervensi kepada anak saja, tetapi juga di hulu, mulai dari remaja putri, calon pengantin, dan ibu hamil.
 
Hingga saat ini, ia menyampaikan, prevalensi stunting di Kota Semarang telah mengalami penurunan dari sebelumnya di tahun 2021 sebesar 21,3 persen, menjadi 10,4 persen pada tahun 2022.

Baca juga: BKKBN apresiasi kerja percepatan penurunan stunting di NTB

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023