"Penetapan jenis muatan yang diangkut kapal nasional ke luar negeri dilakukan secara bertahap," kata Adolf Tambunan dalam rilis Pusat Komunikasi Publik Kemenhub yang diterima di Jakarta, Minggu.
Menurut Adolf, adanya prioritas muatan batubara dan CPO (minyak kelapa sawit) yang akan diproyeksikan untuk diangkut kapal-kapal nasional keluar negeri adalah karena kedua komoditas tersebut memiliki kuantitas yang paling besar untuk diekspor.
Dengan demikian, peluang tawar agar muatan tersebut dapat diekspor dengan diangkut kapal berbendera Indonesia sangat besar.
Terkait kedua muatan tersebut, ujar dia, skenario yang akan diusulkan kepada Kementerian Perdagangan adalah adanya persentase tertentu agar kedua muatan ekspor itu dapat diangkut dengan menggunakan kapal-kapal nasional.
Ia mencontohkan, persentase yang diusulkan adalah sekitar 30 persen untuk diangkut kapal-kapal nasional, terhadap muatan batubara sebesar 500 ton yang akan diekspor.
"Setelah kedua komoditas itu, bisa saja selanjutnya komoditas lainnya," katanya.
Namun, ia juga menuturkan bahwa penetapan komoditas tersebut juga harus mengutarakan kesiapan dari armada nasional.
Hal tersebut dinilai agar jangan sampai setelah ditetapkan, maka ternyata tidak tersedia kapal-kapal nasional untuk mengangkut muatan komoditas ekspor tersebut.
"Jadi tahap awal pengangkutan dengan kapal nasional dilakukan secara bertahap dan seterusnya ditingkatkan, dilihat dari kemampuan armada nasional mengangkutnya," kata Adolf.
Sebelumnya, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I mendesak pembenahan empat jenis transportasi laut yang dinilai mendominasi angkutan laut di pelabuhan-pelabuhan Indonesia.
"Kalau ingin membenahi transportasi laut, fokus saja pada empat jenis transportasi laut yang dominan di Indonesia," kata Direktur Utama PT Pelindo I Alfred Nasir dalam diskusi "Masa Depan Transportasi Laut di Indonesia" di Jakarta, Kamis (28/3).
Menurut Alfred, angkutan laut yang pertama dibenahi adalah kapal pengangkut batu bara yang volume angkutannya bisa mencapai ratusan juta ton per tahun, sedangkan angkutan yang kedua adalah kapal pengangkut kelapa sawit yang diperkirakan mencapai 25 juta ton per tahun.
Dua jenis transportasi laut lainnya, ujar dia, adalah kapal pengangkut BBM serta kapal peti kemas. "Jika empat ini fokus dibenahi pasti posisi indeks logistik Indonesia akan menjadi lebih baik," katanya.
(T.M040/ )
Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013