Tokyo (ANTARA) - Dolar AS naik ke level tertinggi satu bulan di atas 144 yen di sesi Asia pada Kamis sore, karena divergensi kebijakan moneter berada di depan pikiran investor menjelang data inflasi AS yang penting di kemudian hari yang akan memandu jalur suku bunga.

Sementara itu, yuan beringsut lebih jauh dari palung satu bulan setelah Bank Sentral China (PBoC) kembali menetapkan tingkat panduan kurs tengah yang lebih kuat dari perkiraan sebagai tanda ketidaksenangan atas pelemahan baru-baru ini. Itu membantu mengangkat dolar Australia dan Selandia Baru dari posisi terendah hampir dua bulan.

Dolar naik setinggi 144,08 yen untuk pertama kalinya sejak 7 Juli karena pasar berpandangan bahwa bank sentral Jepang, Bank of Japan (BoJ), akan lambat keluar dari stimulus, bahkan ketika sebagian besar pedagang bertaruh Fed selesai dengan kenaikan suku bunga.

Kenaikan minyak mentah ke level tertinggi sejak Januari juga membebani mata uang Jepang, karena negara miskin sumber daya tersebut merupakan importir minyak utama.

"Fakta bahwa harga energi telah naik selama hampir tujuh minggu, tentu membebani yen," kata Tony Sycamore, analis pasar di IG.

Penembusan di atas 145 akan membuka jalan berpotensi ke 148 "jika dolar AS kembali tertekuk setelah IHK (indeks harga konsumen)," katanya.

Terlepas dari keputusan BoJ untuk melonggarkan kendali atas imbal hasil jangka panjang pada akhir bulan lalu, para pembuat kebijakan telah menekankan bahwa perubahan itu adalah perubahan teknis yang bertujuan untuk memperpanjang umur stimulus, terutama ditentukan oleh suku bunga negatif jangka pendek.

"Data pendapatan tunai tenaga kerja Jepang yang lemah awal pekan ini telah meningkatkan keyakinan kami bahwa BoJ akan membiarkan suku bunga tidak berubah di negatif 0,1 persen selama sisa tahun ini," tulis ahli strategi Commonwealth Bank of Australia Kristina Clifton dalam sebuah catatan.

"Prospek kebijakan moneter relatif antara AS dan Jepang menunjukkan dolar/yen kemungkinan akan tetap didukung."

Terhadap saingan lainnya, pergerakan dolar diredam jelang data IHK, dengan indeks dolar AS - yang mengukur greenback terhadap yen dan lima mata uang lainnya, termasuk euro dan sterling - pada dasarnya datar di 102,50 pada sore Asia, dekat tengah kisaran perdagangan sekitar 101,98 hingga 102,80 minggu ini.

Dibandingkan dengan Jumat lalu (4/8/2023), indeks telah terapresiasi 0,5 persen, menyiapkannya untuk kenaikan mingguan keempat berturut-turut.

Dolar telah diuntungkan dari permintaan safe-haven setelah serangkaian data ekonomi China yang buruk, sementara narasi terus berkembang untuk soft landing bagi ekonomi AS karena tekanan harga mereda.

Para ekonom Wall Street memperkirakan indeks harga konsumen inti (IHK) naik 4,8 persen tahun-ke-tahun pada Juli, tidak berubah dari bulan sebelumnya.

Pasar uang saat ini memperkirakan peluang 86,5 persen bagi The Fed untuk membatalkan kenaikan suku bunga lainnya pada pertemuan September, dan memperkirakan langkah selanjutnya sebagai pemotongan, kemungkinan pada musim semi tahun depan.

Data pada Rabu (9/8/2023) menunjukkan ekonomi China tergelincir ke dalam deflasi bulan lalu, setelah laporan pada hari sebelumnya menunjukkan kemerosotan yang lebih besar dari perkiraan baik untuk impor maupun ekspor.

Namun, yuan sedikit naik menjadi 7,2246 per dolar dalam perdagangan luar negeri, menguat untuk hari kedua, setelah PBoC menetapkan kurs tengah resmi yang lebih kuat dari konsensus pasar lagi pada Kamis. Yuan di luar negeri merosot ke level terlemah sejak 7 Juli di 7,2514 pada Selasa (8/8/2023).

Aussie, yang cenderung mengikuti yuan dengan cermat minggu ini, naik 0,15 persen menjadi 0,65385 dolar AS, rebound dari palung Selasa (8/8/2023) di 0,6497 dolar AS, level terendah sejak 1 Juni.

Kiwi Selandia Baru naik 0,1 persen menjadi 0,6058 dolar AS, menjauh dari level terendah Selasa (8/8/2023) di 0,6035 dolar AS, merupakan yang terlemah sejak 8 Juni.

Baca juga: Dolar hampir datar karena investor tunggu laporan inflasi AS
Baca juga: Ekonom prediksi rupiah di kisaran Rp15.150-Rp15.250 per dolar AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023