Banyak faktor penyebab stunting muncul. Edukasi ke masyarakat penting terus dilakukan agar paham dan bisa diantisipasi sejak awal

Simpang Empat,- (ANTARA) - Anggota DPR RI Ade Rezki Pratama mengajak masyarakat memperhatikan pola asupan makan, gizi, kebersihan lingkungan, dan usia menikah, untuk mengantisipasi peningkatan kasus stunting di Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat.

"Banyak faktor penyebab stunting muncul. Edukasi ke masyarakat penting terus dilakukan agar paham dan bisa diantisipasi sejak awal," kata Anggota Komisi IX DPR RI itu usai memberikan edukasi penanganan stunting ke masyarakat di Simpang Tiga Kecamatan Luhak Nan Duo, Pasaman Barat, Kamis.

Menurutnya, generasi muda juga harus memperhatikan kembali usia matang ketika menikah dan tidak melahirkan pada usia terlalu tua untuk mencegah kendala dalam proses persalinan.

Hal itu, katanya, juga berdampak pada prevalensi stunting anak atau mencegah bayi lahir prematur yang berpotensi stunting karena rahim yang lemah.

Ia mengatakan idealnya perempuan menikah di usia 21 tahun dan melalui tahapan skrining dan pendidikan pernikahan oleh Kantor Urusan Agama (KUA) dan pendidikan kesehatan calon pasangan di puskesmas.

Baca juga: Komisi IX DPR RI ajak Kampung KB gotong royong turunkan stunting

"Tugas kita semua untuk memberikan edukasi dan pemahaman kepada masyarakat. Apalagi Pasaman Barat angka stuntingnya mencapai 35,5 persen," ujarnya.

Menurutnya, dana dari pusat juga diberikan untuk penguatan ekonomi dan pangan di Kabupaten Pasaman Barat. "Alokasi dana anggaran khusus juga diberikan berupa pemberian bantuan jalan usaha tani di dua titik, diterima oleh Kelompok Tani Karya Makmur dan Sinar Terang senilai Rp200 juta," katanya.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Keluarga Berencana dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Pasaman Barat Anna Rahmadia mengatakan berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) angka stunting di daerah itu tahun 2022 berada pada angka 35,5 persen atau di atas rata-rata nasional yang tercatat 21,6 persen

Padahal, kata dia, pada tahun 2021 angka prevelensi stunting Pasaman Barat hanya 24 persen "Kita harus kerja keras agar bisa diturunkan lagi. Kita ajak semua stakeholder terkait berkumpul, kita akan cari solusi," katanya.

Sementara itu Penata Ahli KB dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sumbar Desra mengatakan target dalam penanganan stunting adalah pencegahan terhadap faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan otak anak sejak dalam kandungan.

Baca juga: DPR RI: Prevalensi stunting Indonesia harus bisa capai satu digit
Baca juga: Komisi IX DPR RI bersama BKKBN edukasi warga tentang bahaya stunting

Pewarta: Altas Maulana
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023