Society 5.0 didefinisikan sebagai masyarakat super cerdas yang mampu memanfaatkan teknologi sebaik-baiknya untuk melakukan pembangunan manusia berkelanjutan

Yogyakarta (ANTARA) - Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengatakan para mahasiswa memiliki peran penting mewujudkan masyarakat super cerdas atau society 5.0 di Indonesia.

"Peran mahasiswa adalah berkontribusi aktif mewujudkan masyarakat society 5.0 di Indonesia atau sebuah masyarakat yang mampu hidup berdampingan dengan teknologi yang sekaligus memanfaatkannya untuk meningkatkan kesejahteraan bersama," kata Abdul Halim dalam keterangan pers diterima di Yogyakarta, Selasa.

Menurut Gus Halim, society 5.0 didefinisikan sebagai masyarakat super cerdas yang mampu memanfaatkan teknologi sebaik-baiknya untuk melakukan pembangunan manusia berkelanjutan dan mencari permasalahan sosial.

Dengan demikian, mereka dapat meningkatkan kualitas hidup, mengurangi kesenjangan sosial, meningkatkan inklusivitas, dan menghapus kemiskinan.

Saat memberi materi dalam kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) itu, Gus Halim menyebut mahasiswa masa kini dihadapkan pada tantangan besar, baik revolusi Industri 4.0 dan revolusi society 5.0.

Baca juga: Pemkot Malang tingkatkan literasi digital sambut era society 5.0

Dia mengatakan, revolusi industri 4.0 ditandai dengan perkembangan teknologi dan informasi yang sangat massif hingga menimbulkan berbagai disrupsi yang mempengaruhi perubahan tatanan sosial masyarakat.

Disrupsi teknologi dan informasi, kata dia, membuat masuknya paham asing seperti radikalisme, ekstremisme, fasisme, liberalisme, dan paham-paham lain yang bertentangan dengan Pancasila.

Selain itu, juga dihadapkan pada maraknya ujaran kebencian, hoaks, dan perundungan di dunia maya.

"Tugas kedua kita adalah bagaimana di dalam revolusi industri 4.0 ini betul-betul bisa mengawal dan membangun literasi digital yang bagus supaya menangkal hoaks. Apalagi tahun politik. Oleh karena itulah, dibutuhkan kecerdasan, bahkan super cerdas dari kita semua, khususnya mahasiswa untuk menghalau dampak negatif yang ditimbulkan dari disrupsi ini," ujarnya.

Mahasiswa masa kini, lanjut Gus Halim, harus berperan aktif menghalau paham-paham asing dan ujaran kebencian yang dapat merusak nilai-nilai kebangsaan dan persatuan nasional.

"Mahasiswa adalah pencetus awal narasi kebangsaan dan persatuan nasional, maka mahasiswalah yang harus menjaga dan merawatnya. Itulah peran politik kebangsaan mahasiswa. Sehingga mahasiswa masa kini tidak dapat melepaskan peran politiknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," katanya.

Baca juga: Koperasi, warisan budaya dan transformasinya menuju era Society 5.0

Gus Halim menambahkan bahwa peran politik mahasiswa tidak sekadar terkait politik prosedural pada pemilu semata, melainkan dibutuhkan peran politik super cerdas.

Peran politik super cerdas bagi mahasiswa, kata Gus Halim, adalah berpartisipasi memanfaatkan teknologi untuk menciptakan inovasi-inovasi yang berguna, bagi pembangunan manusia berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa.

Lebih lanjut, Gus Halim menyampaikan bahwa terdapat lima peran mahasiswa dalam politik untuk mewujudkan society 5.0.

Pertama, mahasiswa sebagai agen perubahan melalui inovasi-inovasi kreatif yang harus mampu membawa perubahan dan memecahkan persoalan yang ada di masyarakat.

Kedua, lanjut dia, mahasiswa sebagai kontrol sosial yang diharapkan memiliki kepekaan sosial untuk menjaga persatuan dan kebhinekaan masyarakat Indonesia.

Ketiga, mahasiswa sebagai penerus kepemimpinan yang harus dibentuk menjadi pribadi yang memiliki jiwa kepemimpinan untuk melajutkan estafet kepemimpinan politik di Indonesia.

Keempat, mahasiswa sebagai pengawas atau pengontrol politik yang harus memiliki daya pikir analitis dan kritis untuk mengawasi kebijakan pemerintah yang diharapkan memiliki peran aktif untuk menyampaikan aspirasi kepada pemerintah melalui inovasi-inovasi baru demi pembangunan manusia berkelanjutan.

Kelima, mahasiswa sebagai penjaga nilai yang diharapkan berperan aktif untuk menjaga nilai-nilai persatuan nasional dan menggaungkan narasi-narasi kebangsaan.

"Kelima peran tersebut, dapat dilakukan secara optimal dengan memanfaatkan perkembangan teknologi secara bijak, demi tercapainya masyarakat super cerdas, society 5.0," kata Halim yang juga Ketua Dewan Pertimbangan UNY ini.

Baca juga: Menko Airlangga dorong penciptaan talenta digital hadapi society 5.0

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023