Yogyakarta (ANTARA) - Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) mengedukasi masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta mengelola limbah rumah tangga, khususnya sampah organik, menggunakan sejumlah teknologi sederhana.
Dalam pelatihan pengolahan sampah di Fakultas Biologi UGM di Yogyakarta, Senin, sejumlah metode pengolahan sampah yang diperkenalkan, antara lain melalui vermicomposting, pupuk cair organik (poc), eco enzim, pengomposan, serta pemakaian biofertilizer dari urine ternak.
"Kami di Biologi UGM setiap harinya mengolah minimal 25 kilogram sampah organik. Dari pengalaman pengelolaan sampah, metode yang dipakai kita bagikan dengan harapan bisa membantu dalam menjaga kebersihan dan keberlangsungan lingkungan," kata Dekan Fakultas Biologi UGM Budi S. Daryono.
Dia mengatakan Fakultas Biologi UGM telah menangani persoalan sampah organik dengan beragam pendekatan sejak 2017.
Upaya pengelolaan sampah dengan perspektif ramah lingkungan dan berkelanjutan yang digencarkan UGM, kata dia, sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Ia mengatakan pengelolaan sampah berkelanjutan dapat meningkatkan kehidupan yang lebih sehat (SDGs 3), mengurangi pencemaran limbah sampah yang berdampak pada ketersediaan air bersih di lingkungan (SDGs 6), bentuk tanggung jawab atas konsumsi dan produksi yang dilakukan (SDGs 12), serta penanganan perubahan iklim akibat dampak emisi gas rumah kaca dari timbunan sampah organik (SDGs 13).
Selain itu, berkontribusi dalam mewujudkan kota berkelanjutan (SDGs 11), melestarikan ekosistem lautan (SDGs 14) dan eksostem daratan (SDGS 15).
Baca juga: Bantul berupaya menjadikan ASN sebagai panutan dalam menangani sampah
Pelatihan pengolahan sampah diikuti sekitar 60 peserta yang berasal dari rumah sakit dan pesantren yang tergabung dalam Gerakan Sambatan Jogja (SONJO).
Selama tiga hari, 7-9 Agustus 2023, para peserta mengikuti pelatihan pengelolaan sampah organik di Fakultas Biologi UGM dan pengelolaan sampah anorganik di Fakultas Kedokteran Gigi UGM.
Dalam pelatihan pengelolaan sampah organik di Fakultas Biologi UGM, peserta antara lain mendapatkan pemaparan tentang cara pengolahan sampah menjadi pupuk dengan memanfaatkan biofertilizer.
Dosen Fakultas Biologi UGM Dwi Umi Siswanti mengatakan dalam pengolahan sampah organik menjadi kompos memanfaatkan sembilan spesies mikrobia.
Penambahan biofertilizer menjadikan proses degradasi sampah berlangsung lebih cepat dibandingkan cara konvensional.
"Prosesnya tidak terlalu lama, yang biasanya butuh waktu dua minggu bahkan lebih, namun dengan penambahan biofertilizer proses komposting bisa lebih cepat," kata dia.
TPA Regional Piyungan ditutup sejak 23 Juli hingga 5 September 2023 karena sampah yang masuk dari Kabupaten Sleman, Bantul, dan Kota Yogyakarta telah melebihi daya tampung.
Pemda DIY meminta Kabupaten Sleman dan Bantul melakukan pengelolaan sampah secara mandiri, sedangkan Kota Yogyakarta masih diberikan akses terbatas membuang sampah ke Zona Transisi 1 TPA Piyungan maksimal 100 ton per hari karena tidak memiliki lahan memadai.
Penggunaan teknologi tengah diupayakan Pemda DIY untuk mendukung pengelolaan sampah di TPA Regional Piyungan melalui program Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).
Baca juga: Yogyakarta giatkan gerakan "Mbah Dirjo" untuk kurangi sampah
Baca juga: BRIN gandeng industri riset plastik berlapis agar layak daur ulang
Baca juga: DLHK DIY tunjuk sepuluh desa percontohan kelola sampah secara mandiri
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023