Berdasarkan data paparannya, pertumbuhan ekonomi Vietnam tercatat di level 4,14 persen, Meksiko di level 3,66 persen, AS 2,70 persen, Taiwan 1,45 persen, Arab Saudi di level 1,10 persen serta Korea Selatan 0,87 persen.
“Nah tentu kita lihat juga tingkat inflasi kita salah satu yang terendah di 3,08 persen, dibandingkan dengan negara Jerman yang masih di 6 persen atau yang sedang kena hiperinflasi seperti Turki itu yang 47 persen,” kata Menko Airlangga dalam Konferensi Pers Pertumbuhan Ekonomi di Jakarta, Senin.
Stagnasi tersebut dikarenakan saat ini negara-negara lain tengah mengalami kontraksi serta peningkatan inflasi akibat gejolak perekonomian global yang semakin tak menentu.
Lebih lanjut, Menko Airlangga juga menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya di bawah China yang tercatat 6,3 persen, dan Uzbekistan sebesar 5,6 persen.
Oleh karena itu ia optimistis bahwa kinerja pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen dapat berlanjut hingga akhir tahun.
Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini mencatatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2023 berada pada level 5,17 persen secara tahunan (yoy).
Sedangkan, secara kuartalan (qtq) mengalami kenaikan sebesar 3,86 persen apabila dibandingkan dengan kuartal I-2023.
Menko Airlangga menilai kinerja ekonomi tersebut menandakan ekonomi Indonesia telah berhasil di atas 5 persen secara tujuh kuartal berturut-turut.
Selain itu, pencapaian juga ditandai dengan kembalinya Indonesia ke dalam kategori Upper Middle Income Country berdasarkan Bank Dunia (World Bank).
"Indonesia kembali menuju upper middle income country berdasarkan data Bank Dunia di akhir Juni 2023 kita di angka 4.580-an. Kita berharap di akhir tahun 2024 nanti kita bisa mencapai 5.500 dolar AS dibanding negara lain," ujarnya.
Baca juga: Indonesia mendorong pertumbuhan ekonomi ASEAN yang cepat dan merata
Baca juga: Airlangga: Pertumbuhan ekonomi RI tertinggi ke-2 di antara negara G20
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023