Australia mengusulkan ada inisatif peningkatan bantuan kemanusiaan, tapi kami tekankan harus lebih dari itu yakni penyelesaian politik untuk atasi konflik di Suriah,"
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa, Rabu, menegaskan dunia internasional perlu membantu penyelesaian politik antara pihak-pihak yang bertikai di Suriah agar terwujudnya penyelesaian damai.
"Australia mengusulkan ada inisatif peningkatan bantuan kemanusiaan, tapi kami tekankan harus lebih dari itu yakni penyelesaian politik untuk atasi konflik di Suriah," kata Menlu Marty Natalegawa di Jakarta, Rabu.
Marty mengungkapkan rasa prihatinnya terhadap jumlah korban jiwa konflik Suriah yang terus bertambah. Selain banyaknya korban jiwa, rakyat Suriah juga mengalami penderitaan hebat dan berbagai kesulitan untuk terus bertahan hidup.
Pada, Selasa (2/4), Organisasi Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR) yang bermarkas di Inggris, mengemukakan sebanyak enam ribu orang tewas dalam jangka waktu satu bulan pada Maret. Yang terbanyak dari jumlah itu adalah kalangan sipil yang mencapai 2080 orang, selain 1486 orang dari kelompok pemberontak dan tentara pembelot, serta 1464 orang dari pasukan Pemerintah Suriah,
Direktorat Penanganan Keadaan Darurat dan Bencana di Kementerian Turki (AFAD) juga mengumumkan sebanyak 191.993 pengungsi Suriah saat ini berlindung di wilayahnya.
"Kita masyarakat internasional sudah terlalu lama berdiam diri, Australia juga sempat membicarakannya kepada kami, tapi dibutuhkan langkah penyelesaian politik untuk selesaiakn konflik itu," ujar Marty.
Selain itu, dikatakan Marty, Dewan Keamanan PBB perlu lebih jauh bertindak demi mencari langkah damai penyelesaian konflik itu
"Kami juga tekankan adalah peran dari Dewan Keamanan PBB supaya benar-benar menjalankan tugas dan sesuai mandat piagam," ujarnya.
Indonesia sudah menghubungi otoritas setempat di Damaskus, Suriah untuk mengupayakan perdamaian. Pemerintah, ujar Marty, juga sudah menjalankan diplomasi terhadap negara-negara di kawasan Suriah, seperti Pakistan, Iran, Mesir dan Turki untuk membantu perdamaian.
"Tapi masalah memang sudah sangat kompleks di sana, kita minta peran DK PBB untuk segara cari solusi damai," kata Marty.
Banyaknya jumlah korban tewas mencerminkan eskalasi kekerasan yang terus meningkat di Suriah. Pertikaian tersebut terjadi sejak Maret 2011 dengan demonstrasi damai melawan Presiden Suriah Bashar al-Assad yang sudah berkuasa selama empat dekade.
Demonstrasi itu berubah menjadi revolusi berdarah setelah pemerintah melakukan tindakan represif terhadap demonstran. Kedua kelompok dituduh melakukan kekejaman dalam konflik yang sudah berlangsung selama lebih dari 21 bulan itu, namun PBB mengatakan bahwa pihak pemerintah dan sekutunya lebih bersalah.
Perang saudara di Suriah disebut-sebut merupakan konflik terpanjang dan paling mematikan dalam gerakan masyarakat sipil yang mulai meluas di dunia Arab tahun 2011.
Dalam dua tahun terakhir, pusat konflik terjadi di Damaskus, Aleppo dan Homs. Tiga kota besar itu menjadi pertaruhan dua pihak yang bertikai yakni oposisi dan rezim pemerintah Suriah.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013