Tianjin (ANTARA) - Cekungan Sungai Haihe di China utara dilanda banjir terparah yang disebabkan oleh hujan badai sejak 1963, demikian disampaikan oleh Komisi Konservasi Air Sungai Haihe di bawah naungan Kementerian Sumber Daya Air China pada Jumat (4/8).

Periode hujan lebat yang dimulai sejak 28 Juli tersebut menyebabkan ketinggian air di 21 sungai di Cekungan Sungai Haihe melewati ambang batas peringatan, delapan di antaranya mengalami banjir terparah dalam data yang pernah dicatat.

Curah hujan kumulatif di cekungan sungai seluas 320.000 km persegi itu mencapai 43,2 miliar meter kubik air dalam kurun waktu empat hari, sehingga rata-rata ketinggian air mencapai 135 mm, kata seorang pejabat dari komisi tersebut, Yang Bang yang mengutip analisis awal.

Menurut Yang, rata-rata curah hujan tahunan di Cekungan Sungai Haihe adalah 525 mm, yang berarti daerah tersebut kali ini menerima seperempat dari curah hujan tahunan dalam kurun waktu empat hari itu. Menurut data, pada 1963, cekungan sungai tersebut mencatat curah hujan 60 miliar meter kubik dalam hujan badai yang berlangsung selama sepekan.

Cekungan Sungai Haihe tergolong padat penduduk dan melibatkan banyak kota berukuran besar dan sedang, termasuk Beijing, Tianjin, Shijiazhuang, Tangshan, and Qinhuangdao.

Han Ruiguang, wakil direktur di komisi tersebut, mengatakan bahwa karena banjir bergerak dari hulu dan tengah menuju hilir, fokus utama saat ini adalah membiarkan air mengalir ke Laut Bohai dengan aman.

Pejabat itu pun menuturkan bahwa komisi tersebut akan menyusun skema yang sesuai dengan departemen-departemen terkait serta memantau situasi dengan cermat. 


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2023