Konsumsi rumah tangga mencatatkan pertumbuhan yang baik pada triwulan I-2023, yakni sebesar 4,54 persen yoy.

Jakarta (ANTARA) - Lembaga Penyelidikan Ekonomi & Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II tahun 2023 mencapai 5,09 persen year-on-year (yoy).

Proyeksi tersebut lebih tinggi dari capaian pertumbuhan ekonomi pada triwulan I tahun 2023 yang tercatat sebesar 5,03 persen yoy.

“Kami memperkirakan PDB (Produk Domestik Bruto) akan terus tumbuh positif sebesar 5,09 persen yoy di triwulan II-2023 dan 4,9 persen hingga 5,0 persen untuk keseluruhan 2023,” kata ekonom LPEM FEB UI Teuku Riefky dalam laporan Indonesia Economic Outlook Q3-2023 yang diterima di Jakarta, Jumat.

LPEM FEB UI melihat seluruh komponen belanja mencatatkan pertumbuhan yang positif, termasuk belanja pemerintah yang sebelumnya mengalami kontraksi selama empat triwulan berturut-turut pada 2022.

Konsumsi rumah tangga juga mencatatkan pertumbuhan yang baik pada triwulan I-2023, yakni sebesar 4,54 persen yoy.

Dengan tren persiapan tahun Pemilu 2023, LPEM FEB UI memperkirakan akan terjadi peningkatan belanja konsumen pada sejumlah sektor, seperti industri makanan dan minuman, tekstil, manufaktur, transportasi, serta sektor jasa seperti media dan komunikasi, akomodasi, konsultasi dan profesi.

Pada sisi lain, kata Riefky lagi, industri perbankan Indonesia juga menunjukkan kinerja yang tetap kuat di tengah perlambatan ekonomi dan gejolak perbankan global, utamanya yang terjadi di negara maju.

Perbankan domestik menunjukkan kondisi yang baik ditopang oleh likuiditas yang cukup dan kualitas aset yang meningkat.

Sementara dari sisi eksternal, meski surplus perdagangan menurun akibat normalisasi harga komoditas global, namun pasar keuangan Indonesia melanjutkan tren perbaikan pada triwulan II-2023.

Perbaikan tersebut didukung oleh kuatnya permintaan terhadap surat utang Indonesia seiring selisih imbal hasil antara surat utang Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat (AS) yang masih relatif atraktif. Hal itu menyusul mulai berkurangnya agresivitas pengetatan suku bunga acuan oleh The Fed.

Lebih lanjut, LPEM FEB UI menilai tingkat cadangan devisa Indonesia saat ini masih cukup untuk mendukung ketahanan eksternal seiring jumlahnya yang mencapai setara 6,1 bulan impor dan beban pembayaran utang luar negeri.
Baca juga: OJK nilai pertumbuhan kredit masih melambat di angka 7,76 persen
Baca juga: Menko Airlangga: KEK menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru di daerah

Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023