Jayapura (ANTARA) - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM RI Perwakilan Papua mengadakan diskusi publik dengan para mahasiswa tentang dampak kekerasan yang terjadi di Bumi Cenderawasih.
Kepala Komnas HAM RI Perwakilan Papua Frits Ramandey di Jayapura, Kamis, mengatakan diskusi publik itu melibatkan mahasiswa dari Universitas Cenderawasih (Uncen) jurusan Hubungan Internasional (HI) serta alumni Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIPOL) Silas Papare Jayapura.
“Kami berharap para mahasiswa ini menjadi agen untuk menyampaikan tentang HAM, kemudian bagaimana implementasi kekerasan, serta politik dalam konteks sosial,” katanya dalam diskusi publik bertema 'Situasi HAM Kekerasan Politik dan Dampak Internasional untuk Papua'.
Selain dampak kekerasan itu juga bagaimana mewujudkan hubungan internasional yang baik sehingga diskusi publik ini sangat penting dilakukan bagi para mahasiswa lainnya di Bumi Cenderawasih.
“Ada tiga hal yang kami bahas. Pertama, menggagas bagaimana kekerasan itu berdampak politik namun juga berdampak internasional. Kedua, mendorong agar proses kekerasan menjadi sebuah perbuatan yang diplomatis sehingga kekerasan ini tidak meninggalkan persoalan baru lagi. Ketiga, bagaimana memetakan kasus kekerasan yang selama ini terjadi,” ujarnya.
Dia menjelaskan ke depan diskusi seperti ini harus diperbanyak agar menjadi ruang dialog untuk melihat berbagai kasus di Papua sehingga menjadi penyelesaian itu sendiri. "Karena mahasiswa ini sebagai agen perubahan sehingga harus memiliki pandangan kritis, agar nantinya mempunyai sumbangan besar terhadap Papua masa depan," katanya lagi.
Sementara itu, Akademisi STISIPOL Silas Papare Isak Wondiwoi mengatakan dengan adanya kegiatan diskusi publik ke depan para mahasiswa dapat lebih memahami dampak kekerasan yang ada di Tanah Papua serta bagaimana menyelesaikannya selain melalui pendekatan-pendekatan dialogis sehingga dapat meredam kekerasan.
"Karena para mahasiswa ini merupakan generasi selanjutnya sudah seharusnya diberikan edukasi dan pemahaman bagaimana menekan angka kekerasan di Papua sehingga tidak berdampak luas nantinya," katanya.
Pewarta: Qadri Pratiwi
Editor: Edy M Yakub
Copyright © ANTARA 2023