New York (ANTARA) - Sebuah artikel di The Washington Post, Selasa (1/8), menulis bahwa kegiatan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) oleh para pegawai federal di Washington D. C. tidak boleh dibiarkan karena pandemi COVID-19 telah berakhir.

Salah seorang pendiri Bloomberg, Michael R. Bloomberg, mengatakan ketidakhadiran pegawai secara luring di kantor dapat memberikan dampak buruk terhadap pelayanan bagi pelanggan.

"Di beberapa lembaga, ketidakhadiran pegawai berdampak negatif terhadap layanan pelanggan. Ini sudah berlangsung terlalu lama. Pandemi sudah berakhir. Alasan untuk membiarkan kantor kosong juga harus diakhiri," kata Michael yang pernah menjabat sebagai wali kota New York periode 2002-2013.

Kantor Akuntabilitas Pemerintah (GAO) Amerika Serikat melakukan sebuah survei yang hasilnya menunjukkan betapa buruknya situasi tersebut.

GAO mengukur penggunaan kantor pusat dari 24 lembaga federal selama satu pekan, yakni masing-masing pada Januari, Februari, dan Maret.

Enam di antaranya mencatat rata-rata tingkat okupansi kurang dari 10 persen, yaitu Departemen Pertanian, Administrasi Layanan Umum, Departemen Perumahan dan Pengembangan Perkotaan, Kantor Manajemen Personalia, Administrasi Usaha Kecil, serta Administrasi Jaminan Sosial.

Rata-rata tingkat okupansi di 17 lembaga tercatat di angka 25 persen atau kurang. Di seluruh 24 lembaga, rata-rata tingkat okupansi tak jauh melebihi angka 20 persen. Dengan kata lain, menurut artikel tersebut, kantor-kantor federal sebagian besar kosong.

Tidak ada alasan yang tepat mengapa pegawai pemerintah jauh lebih lambat dibandingkan pekerja lainnya untuk kembali bekerja di kantor setidaknya beberapa hari dalam sepekan, terutama ketika ada begitu banyak pekerjaan, mulai dari layanan sosial hingga penegakan hukum, yang membutuhkan kehadiran pegawai secara fisik.


Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023