Kita langsung action, nanti kalau ada kelanjutan perjanjian kerja sama antara Kemendikbudristek dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) atau kementerian lain ya kita tangkap. Kita menyalakan lilin dulu...

Jambi (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyelenggarakan Ekspedisi Batanghari 2023 untuk melestarikan lingkungan dan kebudayaan di sepanjang Sungai Batanghari, Jambi.

Pamong Budaya Utama Kemendikbudristek Siswanto menyatakan Sungai Batanghari terbentang dari Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), hingga Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi.

“Kita ambil Batanghari karena ini menyangkut lintas daerah/wilayah yaitu Dharmasraya di Sumatera Barat sampai Jambi dengan melibatkan berbagai kabupaten/kota yang dilalui (Sungai Batanghari),” katanya di Muaro Jambi, Jambi, Rabu.

Kemendikbudristek dalam Ekspedisi Batanghari 2023 ini melibatkan seluruh elemen masyarakat, termasuk akademisi, pecinta lingkungan, pecinta budaya, kedinasan, pemerintah daerah (pemda), hingga praktisi.

Siswanto menegaskan pelestarian harus dilakukan karena Sungai Batanghari menyimpan banyak potensi baik budaya maupun lingkungan yang sudah tergerus oleh kemajuan zaman.

Baca juga: Kemendikbudristek luncurkan Kenduri Swarnabhumi lestarikan Batanghari

Ia menjelaskan kemajuan zaman memunculkan berbagai permasalahan pada masyarakat di sepanjang Sungai Batanghari, seperti degradasi lingkungan ekosistem air hingga degradasi adat budaya.

Padahal dahulu, kata dia, Sungai Batanghari merupakan sumber penghidupan masyarakat setempat karena beragam spesies ikan hidup dan berkembang biak dengan bebas serta air bersih yang menjadi tulang punggung aktivitas keseharian mereka.

Kini Batanghari sudah tercemar hingga ikan pun tidak mampu untuk menjadikan sungai ini menjadi tempat penghidupan mereka karena adanya polusi air.

Banyaknya pertambangan emas ilegal, tongkang batubara yang berpotensi menumpahkan minyak, hingga fasilitas MCK yang berada di atas sungai secara langsung, kata dia, membuat Sungai Batanghari tercemar.

Meski demikian ternyata masyarakat setempat masih memanfaatkan air Sungai Batanghari untuk kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci baju, dan sebagainya.

Bahkan kantor PDAM yang berada di pinggir Sungai Batanghari membuat semakin sadar kesulitan mereka untuk mampu mengolah air yang telah tercemar ini untuk bisa dikonsumsi oleh masyarakat setempat.

“Kita tidak memungkiri adanya perubahan, tapi kita ingin mengingatkan Batanghari dulu menghubungkan antarbudaya, bahkan perdagangan bangsa dari hulu ke hilir,” katanya.

Oleh sebab itu Kemendikbudristek melalui Ekspedisi Batanghari 2023 berupaya untuk mengingatkan kembali masyarakat lokal terhadap pelestarian lingkungan dan budaya yang dulu pernah hidup asri.

Baca juga: Kemendikbudristek: Kenduri Swarnabhumi berlanjut Juli--November 2023

“Sekarang kita ingatkan kembali Batanghari (dulu) punya peran yang menghubungkan budaya yang arif dan bijaksana dalam mengelola ekosistem lingkungan dan budaya,” ujar Siswanto.

Siswanto berharap upaya Kemendikbudristek ini dapat menjadi pemantik bagi stakeholder lain untuk bisa ikut memperhatikan lingkungan dan kearifan lokal masyarakat di aliran Sungai Batanghari.

“Kita langsung action, nanti kalau ada kelanjutan perjanjian kerja sama antara Kemendikbudristek dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) atau kementerian lain ya kita tangkap. Kita menyalakan lilin dulu, kita ingin melihat oh ada masalah ini itu,” jelasnya.

Sebagai informasi, Ekspedisi Sungai Batanghari 2023 merupakan kegiatan susur sungai yang dilakukan oleh tim meliputi pemda, pemerintah pusat, komunitas pecinta alam dan kebudayaan, akademisi, praktisi, hingga masyarakat luas.

Perjalanan susur Sungai Batanghari ini dimulai dari titik awal yaitu Kabupaten Dharmasraya, Sumatra Barat, pada 27 Juli 2023 hingga berakhir di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi pada 9 Agustus 2023.

Setiap kabupaten/kota yang dilewati oleh tim ekspedisi mengadakan beragam acara masing-masing yang disesuaikan dengan budaya dan kearifan lokal daerah tersebut.

Sebagai contoh, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Muaro Jambi mengadakan acara di Desa Muaro Pijoan yaitu Festival Bebiduk Besamo meliputi penampilan kesenian, penanaman bibit pohon, pelepasan benih ikan, workshop lingkungan, serta peresmian zona budi daya ikan endemik Sungai Batanghari.

Baca juga: Kenduri Swarnabhumi 2023 sasar DAS Batanghari

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023