Semua tantangan ini harus kami hadapi tahun depan dan seterusnya. Oleh karena itu, kami perlu mengantisipasi....

Jakarta (ANTARA) - Dukungan teknologi dinilai akan memperkuat industri makanan dan minuman untuk menghadapi tantangan mulai dari dampak geopolitik, perubahan iklim, krisis kesehatan, krisis logistik yang membuat harga pangan tinggi, kebijakan pembatasan oleh negara maju, hingga melonjaknya harga energi.

“Semua tantangan ini harus kami hadapi tahun depan dan seterusnya. Oleh karena itu, kami perlu mengantisipasi. Salah satu yang penting bagi industri makanan dan minuman adalah bagaimana kami harus didukung teknologi,” kata Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman dalam konferensi Agri-Food Tech Expo Asia (AFTEA) 2023 di Jakarta, Rabu.

Adhi menilai adopsi teknologi baik industri 4.0, maupun inovasi dan teknologi dalam mendukung industri pangan dan agro.

Baca juga: Gapmmi harap pemerintah bijak tentukan objek cukai plastik dan MBDK

Gapmmi pun menyambut pameran AFTEA 2023 untuk memamerkan perkembangan inovasi dan teknologi untuk produk/jasa agro dan makanan dari hulu ke hilir.

Ia berharap akan ada teknologi dari Indonesia yang bisa ditampilkan dalam ajang internasional tersebut guna mendongkrak daya tarik perusahaan yang ingin mengembangkan diri.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pangan dan Pertanian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Jarot Indarto mengatakan untuk mencapai target Indonesia menjadi negara maju di 2045, tantangan utama yang dihadapi adalah produktivitas.

“Kalau soal produktivitas, salah satu beban untuk mengangkat itu adalah di sektor pangan dan pertanian. Transformasi di sektor pangan dan pertanian itu jadi kontribusi besar bagaimana kita menuju negara maju 2045,” katanya.

Bappenas, lanjut Jarot, terus mencari peluang agar sektor pangan dan pertanian bisa meningkatkan produktivitasnya salah satunya dengan bioekonomi.

Baca juga: Indonesia ekspor mamin ke Kanada senilai 100 ribu dolar AS

Jarot menyebut potensi bioekonomi di bidang pangan dan pertanian dinilai sangat besar. Pihaknya pun tengah mengidentifikasi dan memetakan inovasi yang sudah berkembang. Namun, diakuinya, saat ini inovasi dan teknologi itu masih terbatas pada pengembangan di kementerian/lembaga.

“Pameran ini membantu kami memperluas perspektif kami soal inovasi dan teknologi yang dilakukan pelaku lainnya baik dari asosiasi atau swasta. Harapannya, kita bisa membawa investasi yang signifikan di sektor pangan dan pertanian,” katanya.

Sementara itu, Event Director Constellar Wendy Chng Petit, selaku penyelenggara AFTEA 2023 mengatakan ajang pameran tersebut digelar untuk memberi kesempatan pelaku bisnis agrikultur RI untuk berbagi wawasan dan membangun jaringan untuk memajukan teknologi agrikultur di Tanah Air.

“Kami menyediakan ruang untuk meningkatkan peluang jejaring antara pembeli dan penjual di pameran ini,” kata Wendy.

AFTEA 2023 akan digelar pada 31 Oktober-2 November 2023 di Sands Expo & Convention Center, Singapura, dengan mengangkat tema “Meningkatkan Ekosistem Pangan untuk Masa Depan yang berkelanjutan” dan fokus pada tiga hal yaitu inovasi, keberlanjutan dan keamanan.

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023