Surabaya (ANTARA) - Lima siswa SMAN 10 Surabaya Moonieque Angelina, Indratama Anindya, Shafa Freya, Reyhan Muhammad, dan Bagus Novansyah meraih medali emas dalam ajang World Innovation Creativity Olympic (WICO) 2023 di Seoul, Korea Selatan pada 27-29 Juli 2023.
Ketiganya meraih medali emas kategori science innovative berjudul Inkubator Musik Untuk memproduksi Probiotik Tingkat Lanjut dan Kecepatan Fermentasi Tapai Singkong dengan Musik Gending Jawa (MICATO) dan menyingkirkan ribuan peserta dari 27 negara, seperti Korea Selatan, Amerika Serikat, Vietnam, Kamboja, Taiwan, serta Kanada.
"Penelitian yang kami lakukan untuk mengetahui efektivitas musik untuk mempercepat laju fermentasi pada singkong atau tapai," kata Angelina di Surabaya, Rabu.
Dia bersama timnya menggunakan empat jenis musik untuk menguji coba percepatan laju fermentasi, antara lain jazz, rock, klasik, dan gending Jawa.
Baca juga: Siswa SMAN 10 Surabaya sabet emas di ajang YISF 2023
Baca juga: SMAN 12 Jaktim terima 10 siswa tanpa seleksi usia
“Musik gending Jawa hasilnya paling efektif untuk pertumbuhan bakteri lactobacillus. Hasil fermentasinya pun lebih baik, yaitu 7,0-7,9 juta dibandingkan yang tak terstimulasi 5,6-7,6 juta bakteri,” kata Angelina.
Adapun jenis probiotik yang dihasilkan adalah bakteri baik untuk membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan antiperadangan di sistem pencernaan.
"Setelah pandemi COVID-19, daya tahan tubuh sebagian menurun sehingga dibutuhkan probiotik untuk meningkatkannya," ujarnya.
Laju fermentasi pada umumnya, kata Angelina, membutuhkan waktu selama 72 jam. Dengan musik gending Jawa bisa mempercepatnya selama 24 jam, bahkan jumlah probiotiknya lebih banyak.
"Kami meneliti di frekuensi yang biasa, dari 500-1.500hz ini yang paling cepat. Kemudian diteliti musiknya ternyata lebih cocok dengan gending, apalagi jarang dieksplor orang-orang, padahal bagus," ujarnya.
Probiotik yang dihasilkan dengan alat yang dibuat keempat siswa itu sudah menjadi produk kemasan sachet. Produk itu bisa dikonsumsi dengan campuran pisang.
Saat mengikuti kompetisi internasional tersebut, mereka sudah menjualnya seharga 1.000 Won atau setara Rp12 ribu.
Selain keempat siswa itu, SMAN 10 Surabaya juga punya siswa lain yang berprestasi di WICO 2023 dengan perolehan medali perak kategori Life Science dengan inovasi Avocado Seed Kernel as Mosquito Repellent with Aerosol Free Mechanism Support (Avseel)
Hasil karya yang sangat positif itu rupanya kurang mendapat dukungan dari industri, padahal riset yang dilakukan berpeluang untuk dikembangkan.
Kepala SMAN 10 Surabaya Budi Santoso sekaligus pembimbing Micato dan Avsel itu mengungkapkan saat mengikuti WICO 2023, banyak riset peserta dari negara lain didampingi industri ataupun pengusaha.
"Dukungan dari industri dan pengusaha ini penting. Seharusnya mereka melirik karya anak-anak yang sudah tervalidasi di tingkat internasional," ujarnya.
Yang paling mengejutkan ketika di WICO, dua alat inovasi siswa ditawar seorang profesor Korea Selatan. Namun, Budi tidak berani melepas dengan alasan tanggung jawab moral dan nasionalisme.
“Ada hal yang perlu kami kembangkan lagi," ucapnya.
Budi berharap ke depan banyak industri dan pengusaha yang bersedia memberikan pendanaan riset siswa untuk dikembangkan ke teknologi ataupun robotik.
Sebab, Indonesia masih kalah dengan kecanggihan teknologi dan robotik yang digunakan beberapa negara seperti, Jepang, Korea, dan Taiwan.
"Untuk menuju kesana butuh biaya besar, tetapi karya kita tidak kalah. Semoga lebih banyak lagi pihak (industri) yang melirik karya siswa," katanya.
Baca juga: Sukses di tingkat SMA, Ruangguru gelar kompetisi sains tingkat SMP
Baca juga: ENZ tantang siswa SMA Indonesia berkompetisi inovasi teknologi
Pewarta: Willi Irawan
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023