Jakarta (ANTARA) -

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Ahmad Basarah menyampaikan orasi berjudul ‘"Pancasila Mahakarya Pendiri Bangsa: Sumber Falsafah Negara’" di Universitas Kristen Indonesia Jakarta, Rabu.

Dalam orasi selama 20 menit yang disaksikan para civitas akademika Universitas Kristen Indonesia (UKI), Ahmad Basarah menjawab tiga rumusan masalah, yakni keunggulan Pancasila sebagai ideologi negara, bagaimana pemikiran dan peran Bung Karno dalam melahirkan Pancasila, dan bagaimana status Pancasila mahakarya pendiri bangsa menjadi sumber bagi falsafah negara.

"Demi memperkuat cinta kepada Pancasila, kita mesti memahami bahwa ideologi Pancasila adalah mahakarya pendiri bangsa. Tanpa pemahaman seperti itu, generasi muda bangsa akan tercerabut dari akar sejarah dan sumber pengetahuan dasar negara," kata Ahmad Basarah dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.


Ketua DPP PDI Perjuangan itu mempertahankan argumentasinya dengan menegaskan bahwa sebagai sebuah karya, Pancasila memiliki kualitas mahakarya dibanding sekadar karya biasa.

Dia menyampaikan tiga alasan untuk itu. "Pertama, kualitas pengetahuan Pancasila bersifat filosofis sebagaimana disebut Bung Karno dalam pidato 1 Juni 1945 sebagai dasar falsafah negara. Dasar filosofis ini memuat sifatnya yang radikal (mengakar), sistematis dan komprehensif," ujarnya.

Alasan kedua, jelas Basarah, diterimanya Pancasila sebagai falsafah dasar negara secara aklamasi oleh sidang pertama Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Juni 1945 menunjukkan '"mutiara'" rumusan Bung Karno yang disampaikannya pada 1 Juni 1945.

Ketiga, doktor bidang hukum tata negara lulusan Universitas Diponegoro Semarang ini menegaskan bahwa kualitas pengetahuan Pancasila bersifat sintesis, menyatukan berbagai ideologi dunia menjadi ideologi baru yang khas Indonesia.

Jika ideologi di luar negeri saling bertentangan, di dalam Pancasila semua pandangan dunia tersebut saling bersintesis.

"Sebagai contoh, ideologi keagamaan dan kebangsaan, yang di luar Pancasila bertentangan, di dalam Pancasila justru menyatu menjadi nasionalisme religius. Demikian pula demokrasi dan agama yang seolah bertentangan, dalam Pancasila menyatu menjadi teo-demokrasi. Penyatuan serupa terjadi pada sila-sila lainnya," tambahnya.

Penulis buku "Bung Karno, Islam dan Pancasila (2017)" ini menambahkan kemampuan Pancasila dalam menyatukan keragaman bangsa Indonesia dengan sendirinya menjadikan ideologi bangsa ini mahakarya yang membanggakan.

Tidak hanya itu, ideologi Indonesia terus menggelora sejak gagasannya dilahirkan 1 Juni 1945, lalu dirumuskan pada 22 Juni 1945, dan kemudian disahkan dalam konsensus final pada 18 Agustus 1945.

"Dalam ketiga fase tersebut, Bung Karno selalu terlibat di dalamnya bersama para pendiri bangsa. Dengan demikian, Pancasila yang kita miliki hanya ada satu, yakni Pancasila, titik! Tidak ada Pancasila 1 Juni atau Pancasila 22 Juni atau Pancasila 18 Agustus," ujar Ahmad Basarah menegaskan.

Ahmad Basarah diminta tampil menjadi salah satu dari 70 orator ilmiah para pakar UKI dalam rangka Dies Natalis ke-70/Lustrum ke-14 universitas tersebut, Rabu.

Orasi selama 29 jam secara nonstop itu dilakukan sejak Rabu pagi sampai Kamis (3/8) dengan tujuan tercatat pada buku Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).

Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2023