"Forum ini lebih politically decisive (menentukan secara politik) dibandingkan dengan forum diskusi antaragama lainnya," katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu.
Pria yang akrab disapa Gus Yahya tersebut, menjelaskan forum ini merupakan forum antarpemimpin umat beragama, namun berkaitan erat dengan pemerintah negara masing-masing peserta.
Dia menyebutkan acara ini merupakan kelanjutan dari forum Religion of Twenty (R20) yang dilaksanakan pada tahun lalu, namun dengan status yang lebih kuat.
Baca juga: RI konsolidasi para pemimpin umat beragama ASEAN melalui IIDC 2023
Ia menyebutkan Pemerintah Indonesia telah mengadopsi acara ini menjadi rangkaian kegiatan keketuaan Indonesia di ASEAN pada 2023, sehingga hasil dan kesimpulan dari acara ini akan menjadi salah satu pokok diskusi yang akan dibahas pada agenda KTT ASEAN Summit berikutnya.
Pihaknya telah mengantisipasi titipan materi dari pemerintah masing-masing peserta, termasuk di antaranya terkait dengan soal Myanmar, yang sedang berada dalam polemik antaragama.
Meskipun demikian, Gus Yahya belum dapat menjelaskan hingga tingkat apa kesepakatan antarnegara terkait dengan umat beragama dapat dibuat pada forum ini.
Acara ini dilaksanakan di Hotel Ritz Carlton Jakarta pada 7 Agustus 2023, diikuti 200 peserta, termasuk 11 pembicara dalam negeri, 15 pembicara luar negeri, serta 27 delegasi dari negara-negara ASEAN dan negara undangan, seperti Amerika Serikat, China, India, dan Jepang.
Baca juga: Ketua Umum PBNU ajak publik ciptakan hidup harmonis di ASEAN IIDC
Baca juga: Gus Yahya: NU harus jadi solusi atas persoalan masyarakat
Baca juga: Gus Yahya: Budaya harus dibangun satu visi dengan politik dan ekonomi
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023