Lestari mengatakan upaya promotif dan preventif itu dilakukan untuk mengakselerasi pencapaian target prevalensi stunting nasional.
"Berbagai upaya preventif melalui deteksi dini sangat penting dalam mengakselerasi pencapaian target prevalensi stunting yang telah ditetapkan pemerintah," kata dia dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Selasa.
Upaya pencegahan stunting, tambah Lestari, bisa dimulai sejak 100 hari pertama kelahiran. Dikatakannya, masa 100 hari pertama kelahiran merupakan masa krusial untuk mengatasi stunting.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI pada awal tahun ini telah secara khusus berfokus pada program deteksi dini stunting, melalui pengukuran di pos pelayanan terpadu (posyandu).
“Guna mencegah bayi mengalami stunting setelah lahir, diperlukan pengukuran rutin menggunakan antropometri. Diagnosis stunting dilakukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dengan antropometri dan alat penunjang lainnya,” kata Lestari.
Ia pun menjelaskan Kemenkes mencatat kebutuhan antropometri kit di Indonesia mencapai 313.737 unit, untuk memenuhi kebutuhan di 303.416 posyandu. Pemerintah menargetkan alat tersebut sudah masuk dan memenuhi kebutuhan di di 127.033 posyandu pada tahun ini.
“Dengan kondisi peralatan yang masih terbatas sangat diharapkan peningkatan pengetahuan dan keterampilan para tenaga kesehatan serta para relawan penggerak posyandu terkait stunting,” ucapnya.
Di sisi lain, dia mengakui bahwa upaya pencapaian angka prevalensi stunting 14 persen pada 2024 cukup berat apabila langkah tersebut tidak didukung masyarakat, serta para pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah.
“Sebagai misal, bantuan dari pihak swasta dalam bentuk ketersediaan sumber protein untuk keluarga prasejahtera, sangat berarti dalam upaya preventif untuk penanggulangan stunting,” ucap Lestari.
Dia yakin pencapaian target prevalensi stunting nasional 14 persen pada 2024 bisa tercapai, dengan catatan masyarakat memahami bahwa upaya penanggulangan stunting adalah hal penting dan menjadi satu gerakan nasional.
“Sehingga, upaya menuju pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang sehat, berkarakter kuat, dan berdaya saing yang mampu menjawab berbagai tantangan zaman dapat terwujud,” kata dia.
Baca juga: Wakil Ketua MPR: Penurunan stunting perlu pemahaman masyarakat
Baca juga: Wakil Ketua MPR minta pemerintah konsisten tekan pernikahan dini
Baca juga: BKKBN: Cegah kekerdilan dengan memanfaatkan sumber daya lokal
Baca juga: Departemen Gizi Unhas gelar ICNPH tangani stanting di Indonesia
Pewarta: Fath Putra Mulya
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023