Bandung (ANTARA News) - Pemerintah Republik Rakyat Cina (RRC) mengharapkan mantan Presiden Megawati Soekarnoputeri dapat turut menuntaskan kebijakan yang terkesan mendua dari Pemerintah Indonesia soal
One China Policy (Kebijakan Satu Cina).
Siaran pers Staf Khusus Bidang Pers dan Media Mantan Presiden Megawati Soekarnoputeri, Ari Junaedi yang diterima ANTARA News, Sabtu menyebutkan, harapan Pemerintah Cina itu disampaikan oleh Ketua Komite Nasional Dewan Pertimbangan Politik Rakyat Cina, Jia Qinglin saat menerima Megawati di Beijing, Jum`at.
"Saya berharap kepada Megawati sebagai pemimpin partai politik besar di Indonesia untuk mendorong terus Kebijakan Satu Cina. Saya melihat adanya perubahan paradigma di Indonesia sehubungan dengan kasus Taiwan, padahal dulu semasa Megawati menjadi Presiden hal itu tidak terjadi," ujar Jia Qinglin sebagaimana dikutip Ari Junaedi.
Jia Qinglin mengemukakan hal itu merujuk pada insiden mendaratnya pesawat yang ditumpangi Wakil Presiden Taiwan di Batam beberapa lalu dengan alasan kehabisan bahan bakar, dan alasan itu sangat sulit diterima oleh Pemerintah Cina.
Sampai saat ini Cina sendiri menganggap Taiwan sebagai provinsi yang membangkang, sedangkan Taiwan menganggap dirinya sebagai negara yang berdaulat.
Menurut Ari Junaedi, Megawati dalam pertemuan dengan Jia Qinglin menyatakan bahwa Kebijakan Satu Cina sudah final dan tidak terbantahkan.
Oleh karena itu ia meminta semua pihak di Indonesia supaya memahami dan mengerti aspek historis maupun politis atas kebijakan yang telah ditempuh selama ini, yakni tetap mempertahankan Kebijakan Satu Cina.
"Seperti halnya saya yang `ngotot` dengan konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka hendaklah kita menghormati kebijakan negara sahabat, seperti halnya Cina," tandas puteri tertua mendiang Bung Karno itu.
Sementara itu Dubes RI untuk RRC Mayjen (Purn) Sudrajat mengemukakan, ketika Megawati masih menjabat sebagai Presiden, investasi dari Cina mulai mengalir deras ke Indonesia.
Tatkala Megawati melancarkan "Diplomatik Dansa" dengan Presiden Cina Ziang Jemin, Cina mulai mendanai sejumlah proyek, di antaranya pembangunan Jembatan Suramadu yang menghubungkan Pulau Madura dan Pula Jawa, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuhan Angin di Tapanuli Tengah, dan penandatanganan penyediaan gas alam untuk Provinsi Fujian dari Terminal Gas Tangguh di Papua.
"Kalau ditotalkan nilai investasi RRC untuk tahun 2003 dan 2004 mencapai 289 juta dolar AS. Angka ini jauh lebih besar dibanding nilai investasi di tahun 2005," kata Sudrajat.
Dubes RI untuk Negara Tirai Bambu itu juga mengkhawatirkan terjadinya perubahan Kebijakan Satu Cina, sebab masalah itu bisa mempengaruhi rencana investasi RRC di Indonesia pada masa yang akan datang.
Dalam beberapa pekan terakhir ini Sudrajat mengaku sudah berkali-kali dipanggil Kementrian Luar Negeri Cina soal "insiden pesawat Wakil Presiden Taiwan yang mendarat di Batam".
Sementara itu Ari Junaedi yang mengikuti muhibah Megawati ke Cina menambahkan, setelah Beijing, Megawati akan mengunjungi beberapa kota lain di Cina, yakni Changsa dan Zhangjiajie di Provinsi Hunan serta Hangzhou dan Shanghai.
Megawati dalam kunjungan di Cina disertai beberapa anggota DPR seperti Herman Herry, Murdaya Poo, Daniel Budi Setiawan, Mindo Sianipar, dan Rudianto Tjen serta fungsionaris PDI Perjuangan, di antaranya Wakil Sekjen Agnita Singedikane, Dwi Ria Latifa, Rudi Harsa Tanaya, dan Sirmaji Manidjo.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006