Singapura (ANTARA) - Yen tergelincir ke level terendah baru tiga minggu di sesi Asia pada Selasa sore, karena langkah Bank Sentral Jepang (BoJ) minggu lalu untuk mengubah kebijakan kontrol kurva imbal hasil (YCC) membebani mata uang, sementara dolar Australia jatuh setelah Bank Sentral Australia (RBA) mempertahankan suku bunga tidak berubah.

RBA pada Selasa mempertahankan suku bunga sebesar 4,1 persen untuk bulan kedua, dengan mengatakan kenaikan yang lalu berfungsi untuk mendinginkan permintaan, tetapi memperingatkan beberapa pengetatan lagi mungkin diperlukan untuk mengekang inflasi.

Dolar Australia turun 0,73 persen menjadi 0,6668 dolar AS setelah keputusan tersebut, hampir menghapus kenaikan 0,87 persen yang dicapai pada Juli.

Matt Simpson, analis senior di City Index, mengatakan langkah Aussie menunjukkan tidak semua orang diposisikan untuk RBA bertahan, mencatat bahwa data China yang lebih lemah dari perkiraan juga membebani mata uang yang sensitif terhadap risiko.

"Saya pikir itu benar bahwa RBA bertahan hari ini, mengingat rata-rata inflasi dan pengangguran yang terpangkas sesuai dengan perkiraan RBA. Dan itu mungkin telah mengirimkan pesan yang membingungkan jika kenaikan mengikuti data inflasi dan perdagangan ritel yang lebih lemah."

Di awal sesi, yen merosot ke 142,84 per dolar, terendah dalam tiga minggu. Terakhir diambil 142,79, turun 0,36 persen.

Mata uang Asia itu telah naik liar sejak Jumat (28/7/2023), ketika BoJ mengambil langkah lain menuju pergeseran lambat dari dekade stimulus moneter besar-besaran, mengatakan akan menawarkan untuk membeli obligasi pemerintah Jepang 10 tahun pada 1,0 persen dalam operasi suku bunga tetap, bukannya pada tingkat sebelumnya 0,5 persen.

"Pasar dapat menguji seberapa 'fleksibel' BoJ dalam beberapa bulan mendatang," kata Carlos Casanova, ekonom senior Asia di UBP di Hong Kong, dalam sebuah catatan, menambahkan perubahan halus menunjukkan BoJ mungkin bersiap untuk mengubah target YCC pada tahun 2023.

"Karena limit baru adalah 1,0 persen, masuk akal untuk memperluas pita YCC pada level ini."

Pergerakan dari BoJ juga dapat memiliki implikasi seismik untuk aliran uang global, karena yen murah yang tidak mahal untuk dipinjam telah menjadi andalan pendanaan pasar modal selama bertahun-tahun dan sekarang menghadapi tekanan ke atas dari kenaikan imbal hasil Jepang tepat saat suku bunga global tampaknya mencapai puncaknya.

Sementara itu, survei swasta menunjukkan pada Selasa bahwa aktivitas pabrik Asia menyusut pada Juli, karena pemulihan yang rapuh di kawasan ini terpukul oleh perlambatan pertumbuhan global dan kelemahan ekonomi China.

Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur dari Caixin/S&P Global China turun menjadi 49,2 pada Juli dari 50,5 pada Juni, meleset dari perkiraan para analis 50,3 dan menandai penurunan aktivitas pertama sejak April.

Yuan spot dibuka pada 7,1550 per dolar dan berpindah tangan pada 7,1648 pada tengah hari, 0,51 persen lebih lemah dari kurs tengah.

Pada Senin (31/7/2023), data survei Federal Reserve menunjukkan bank-bank AS melaporkan standar kredit yang lebih ketat dan permintaan pinjaman yang lebih lemah dari bisnis dan konsumen selama kuartal kedua.

Senior Loan Officer Opinion Survey atau SLOOS triwulanan Fed juga menunjukkan bahwa bank berharap untuk lebih memperketat standar selama sisa tahun 2023, menambah bukti lebih lanjut bahwa kenaikan suku bunga berdampak pada perekonomian.

Terhadap sekeranjang mata uang, dolar naik 0,118 persen menjadi 102, setelah mencapai puncak baru tiga minggu di 102,07 di awal sesi.

Sterling terakhir di 1,2829 dolar, turun 0,06 persen hari ini, setelah naik 1,1 persen pada Juli. Pertemuan kebijakan Bank Sentral Inggris pada Kamis (3/8/2023) menjadi sorotan, dengan pasar terbelah rata antara kenaikan 25 dan 50 basis poin.

Euro turun 0,05 persen menjadi 1,0987 dolar, sedangkan kiwi turun 0,32 persen menjadi 0,619 dolar AS.

Baca juga: Dolar AS menguat karena yen Jepang merosot
Baca juga: Rupiah melemah karena pasar hati-hati ekspektasi kenaikan suku bunga
Baca juga: Yuan terangkat 22 basis poin menjadi 7,1283 terhadap dolar AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023