"Sebanyak 58 persen perusahaan mengalami peningkatan penjualan setelah adopsi teknologi digital identity. Maka, dalam kolaborasi bersama untuk mengatasi tantangan ini, perusahaan teknologi memiliki peran yang signifikan dalam memberikan manfaat digitalisasi dan juga keseimbangan agar jangan sampai kekhawatiran akan fraud itu menghambat langkah kita untuk memaksimalkan manfaat dari digital identity," kata Head of Product Solution VIDA, Ahmad Taufik, melalui keterangan tertulis di Jakarta, Senin.
Saat memberikan paparan dalam sesi diskusi Digital Transformation Indonesia Conference and Expo (DTI-CX 2023), Taufik menjelaskan identity assurance level dan authentication assurance level, merupakan dua hal yang diharapkan bisa menjadi solusi dari mitigasi risiko terhadap fraud. VIDA menyadari agar keduanya dapat dengan cepat diterima oleh masyarakat maka penting untuk memastikan bahwa pengguna merasakan kemudahan dan kepercayaan ketika melakukan verifikasi identitas, tanda tangan digital, serta otentikasi transaksi secara digital.
Baca juga: Teknologi identitas digital jadi kunci bangun kepercayaan pelanggan
"Selain itu, kami juga berkomitmen untuk terus melakukan sosialisasi dan literasi tentang tanda tangan digital sebagai salah satu bentuk identitas digital yang terverifikasi secara berkesinambungan. Hal ini bertujuan untuk mencapai tingkat maksimal dalam memitigasi risiko dan fraud. Kami pun berupaya untuk memberikan tata kelola yang komprehensif dan selalu menghadirkan berbagai kemudahan bagi pengguna," tambahnya.
Upaya bersama untuk mengembangkan standar dan kerangka kerja yang berkelanjutan untuk digital identity, lanjutnya, akan membantu memperkuat keamanan praktik, meningkatkan interoperabilitas, dan membangun kepercayaan dalam ekosistem ekonomi digital di Indonesia.
Sementara itu, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kantor Regional 1 DKI Jakarta dan Banten, Roberto Akyuwen, mengatakan bahwa dalam praktiknya, transformasi digital memiliki dua tujuan yakni pertumbuhan usaha dan memperkuat tata kelola dalam mengurangi risiko yang biasanya menjadi masalah di bank-bank dengan skala menengah atau kecil.
Baca juga: Anggota DPR ingatkan keamanan data identitas kependudukan digital
Adanya digitalisasi, katanya, telah membuat transaksi keuangan semakin mudah tetapi risikonya juga semakin tinggi. Masuknya serangan cyber dan fraud tidak dapat terdeteksi, meskipun sebagian besar bisa dicegah, dampaknya lebih besar ketika hal tersebut terungkap. Oleh karenanya, penting untuk melakukan mitigasi yang tepat.
"Dalam mencegah fraud, OJK sebagai regulator tidak bisa bergerak sendiri. Kolaborasi dengan pelaku industri jasa keuangan diperlukan dalam mendorong industri menciptakan platform yang aman, sekaligus memberikan edukasi literasi digital," ujar Roberto.
Di samping itu, kata dia, evaluasi dan pemantauan platform juga penting sebagai tolok ukur keamanan jaringan dalam meluncurkan produk dari lembaga jasa keuangan.
Baca juga: Bantu Institusi Cegah Penipuan, Paques Luncurkan Fraud Detection System (FDS)
Pewarta: Ahmad Faishal Adnan
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023