Kalianda (ANTARA News) - Syamsuri (70), korban pemukulan oleh petugas pengamanan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Bakauheni, Lampung Selatan beberapa waktu lalu kini dirawat di Rumah Sakit Bob Bazar Kalianda karena kondisinya semakin parah.
Istri korban Siti Khoiriyah, di Kalianda, Jumat mengatakan, pihaknya tidak terima karena hanya memancing di dermaga lima pelabuhan itu harus dipukuli sampai muntah darah dan gendang telinga pecah akibatnya menderita ketulian, sampai saat ini belum sembuh dan harus dirawat.
Menurut Siti, suaminya terpaksa harus dirawat di rumah sakit Bob Bazar Kalianda tanpa bantuan pengobatan, sedangkan seusai memukuli petugas ASDP hanya memberikan uang sebesar Rp500 ribu namun dikembalikan oleh anak tertuanya.
"Jika tidak boleh memancing lebih baik diingatkan namun orang sudah tua jangan dipukuli sampai muntah darah," kata dia.
Sementara itu anak tertua korban, Burhanudin, mengatakan pihaknya akan menempuh jalur hukum untuk mendapatkan keadilan karena tidak terima ayahnya dianiaya seperti itu.
"Kalau salah silahkan ditegur jangan langsung dipukuli tanpa ampun seperti itu," ujar dia.
Burhan mengatakan, petugas memang pernah melakukan upaya damai dengan dimediasi perangkat desa dan memberikan uang Rp500 ribu, namun ditolak karena tidak sebanding dengan perbuatan yang mereka lakukan.
Berdasarkan pengakuan Syamsuri, selain dipukuli bertubi-tubi oleh petugas kemudian dibawa ke pos satpam dan dihajar kembali oleh sejumlah petugas lain tanpa ampun.
Selain dipukuli, peralatan memancing dan ikan hasil pancingan juga dibuang ke laut, kemudian dia ditelantarkan di pinggir jalan.
Sementara itu, Manajer Operasional PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Bakauheni, Heru Purwanto mengatakan pihaknya masih menyelidiki keterlibatan petugasnya dalam masalah itu.
Ia mengatakan, sejak awal 2013 pihaknya memang sedang melakukan pembersihan pelabuhan dari pedagang asongan dan orang-orang yang tidak berkepentingan, termasuk warga yang memancing di dermaga pelabuhan itu.
(KR-KTA/H-KWR)
Pewarta: Kristian Ali
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013