Itulah sebabnya, kata Arifin, sebagian besar orang akan memilih menonton film Hollywood dibandingkan film Indonesia dengan harga tiket bioskop yang sama.
Pria yang berakting di film "Badai di Ujung Negeri" itu sadar bahwa sineas Indonesia punya banyak tugas untuk memperbaiki kualitas agar setara dengan film-film internasional, seperti ide cerita dan eksekusi teknis bila ingin bersaing dengan film India, Korea, dan Thailand yang sudah merambah ke luar negeri.
"Kita masih banyak PR dalam meningkatkan standar film-film kita, mulai dari cerita dan ekseksi teknis. Agar film Indonesia nggak cuma jago kandang, tapi juga bisa merajalela ke seluruh dunia," tulis Arifin lewat pesan elektronik pada Antara News.
Salah satu hal yang membuat film India, Korea, dan Thailand lebih unggul adalah karena mereka membuat film yang mengangkat cerita khas negara tersebut, lanjutnya.
"Mereka punya trademark mereka sendiri yang membuat mereka unik di mata dunia. Nah, Indonesia masih kurang disitu," tutur pria berdarah Jerman itu.
Menurut Arifin, Indonesia punya banyak cerita menarik yang dapat diangkat ke layar lebar. Dia menyayangkan film-film Indonesia yang sering ingin mengangkat cerita luar untuk "diindonesiakan". Kisah horor Indonesia pun bisa jadi modal untuk memajukan perfilman nasional bila digarap dengan baik.
"Misalnya cerita soal majapahit, atau cerita soal pocong dan genderuwo. Sebenarnya bisa keren banget kalau ceritanya dibuat keren dan eksekusi teknisnya bagus."
Selain soal cerita, Arifin juga menekankan pentingnya syuting di Indonesia untuk memperlihatkan keindahan negeri.
"Kalau syuting di luar negeri hanya untuk jualan gambar indah, ya justru kita kasih iklan gratis untuk negara itu. Kalau mau bener-bener sukses di Indonesia maupun di luar, cari cerita yang Indonesia banget dan syutingnya di Indonesia pula," ujarnya.
Aktor yang akan sering tampil di layar kaca itu menambahkan, sistem sensor harus diganti menjadi sistem rating agar tidak menghambat kreativitas insan perfilman tanah air.
"Sensor menghambat kreativitas filmmaker, sehingga membuat filmmaker harus memperhalus adegan-adegan tertentu," lanjut pria yang juga tampil di film "Rumah Dara" dan "Hati Merdeka".
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013