Sejumlah penyakit, kata dia, seperti infeksi saluran pernapasan dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) lebih rentan terjadi saat kualitas udara buruk
"Bagi yang sudah memiliki riwayat asma, kualitas udara yang buruk bisa menjadi pemicu asma kambuh lagi," katanya saat ditemui di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), di Jakarta, Senin.
Oleh karena itu, dia mengimbau kepada seluruh masyarakat agar tidak ke luar rumah jika tidak terlalu diperlukan, terutama saat kualitas udara sedang buruk, yang dapat dicek sewaktu-waktu melalui internet.
Selain itu, dia juga mengimbau kepada seluruh masyarakat agar tetap menggunakan masker untuk meminimalisasi dampak buruk dari polusi udara.
"Kita tidak dapat melarang orang lain, maka kita juga perlu menjaga diri sendiri," tutur dokter yang praktik di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan tersebut.
Menurutnya, dengan membiasakan diri menggunakan transportasi publik dapat memperbaiki kualitas udara menjadi lebih layak lagi.
"Seharusnya dengan transportasi publik yang bagus dan prima orang akan beralih, jadi tidak pakai transportasi sendiri," ujarnya.
Dengan berkurangnya jumlah kendaraan pribadi, Erlina mengatakan, polusi udara juga akan berkurang. Selain itu, kata dia, pemerintah juga perlu memperhatikan polusi yang diciptakan oleh industri.
"Barang kali kondisinya sekarang ada motor roda dua, kita tidak bisa melihat ini bagus atau tidak, maka uji emisi juga harus lebih rutin digalakkan," kata Erlina Burhan.
Baca juga: Kualitas udara Jakarta Timur dan Jakarta Utara tidak sehat
Baca juga: Pemprov DKI perbanyak penanaman pohon untuk memperbaiki kualitas udara
Baca juga: Evaluasi BEM UI soal kualitas udara dapat apresiasi dari DLH DKI
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023