Kupang (ANTARA News) - Umat Katolik di wilayah Keuskupan Agung Kupang, Jumat sore, memadati gereja-gereja untuk mengikuti prosesi penghormatan salib Yesus atau lazim disebut "mencium salib" sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada Yesus yang wafat di kayu salib.

Meskipun hujan terus mengguyur ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur ini, umat tetap khusuk menjalankan ibadah.

Suasana yang sama terlihat pula pada saat berlangsungnya prosesi jalan salib suci untuk mengenang wafat Yesus Kristus di kayu salib pada pagi harinya.

Seperti disaksikan di Kapela Yesus Maria Yosef (YMY) Liliba, Paroki St Yoseph Pekerja Penfui Kupang, umat tetap khusyuk dalam doa meski hujan menyebabkan umat yang berada di tenda-tenda di sekeliling kapela kebasahan.

Prosesi Jumat Agung ini merupakan hari kedua dalam tri hari suci yang diawali dengan perayaan Kamis Putih pada Kamis (28/3) yang dikenang umat Kristiani sebagai perjamuan malam terakhir antara Yesus dengan ke-12 rasul-Nya sebelum wafat di kayu salib pada Jumat yang dikenang sebagai Hari Jumat Agung.

Dalam tradisi Gereja Katolik, Jumat Agung dikenal sebagai hari berkabung untuk menghormati wafatnya Yesus Kristus di kayu salib. Sebelum wafat, Yesus menderita, disiksa, dipukul, dicaci-maki, disuruh memikul salib berat, dan siksaan lainnya. Inilah penderitaan-Nya.

Oleh karena itu, Jumat Agung menjadi hari untuk memperingati Sengsara dan Wafatnya Tuhan Yesus. Pada hari Jumat Agung ini dikenangkan pula adanya prosesi jalan salib Yesus. Ada drama siksaan untuk menggambarkan penderitaan Yesus dahulu.

Di beberapa gereja ada visualisasi jalan salib. Ada yang berperan sebagai Yesus, serdadu, Maria, para murid, dan tokoh-tokoh lainnya. Ada pula gereja yang hanya dengan membaca ulang rumusan jalan salib yang telah disusun. Semuanya bertujuan untuk mengenangkan sengsara dan wafat Tuhan Yesus.

Pada sore harinya di hari Jumat Agung itu, umat Katolik melaksanakan upacara penghormatan salib atau lazim disebut mencium salib Yesus. Salib yang dicium bukan hanya berupa kayu palang, tetapi ada corpus daging, Tubuh Yesus.

Penghormatan salib merupakan tindakan untuk memusatkan perhatian pada salib sebagai sumber kebahagiaan, karena dari salib itulah Yesus berseru kepada Bapa-Nya. Dia juga akan bangkit dari antara orang mati, maka salib disebut sebagi sumber kebahagiaan.


Jumat Agung di Larantuka

Sementara perayaan Jumat Agung di Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur di wilayah Keuskupan Larantuka, diawali dengan perarakan Arca Yesus (Tuan Meninu) lewat laut dari Kota Rewindo menuju Pante Kuce di depan istana Raja Larantuka.

Prosesi lewat laut ini untuk memaknai Yesus sebagai inti, sedangkan Bunda Maria adalah pusat perhatian, Bunda yang bersedih, Bunda yang berduka cita (Mater Doloroso).

Prosesi laut dengan melawan arus kencang di selat sempit Gonzalo antara Pulau Adonara dan Flores Timur daratan itu, akan berakhir di Pante Kuce, depan istana Raja Larantuka untuk selanjutnya diarak guna ditakhtakan pada armada Tuan Meninu di Pohon Sirih.

Pada sore harinya, patung Bunda Maria (Tuan Ma) yang telah dinobatkan sebagai pelindung Kota Reinha Rosari--sebutan khas untuk Kota Larantuka--diarak dari kapela-Nya menuju Gereja Katedral di jantung Kota Larantuka.

Setelah Patung Tuan Ma dan Tuan Meninu tiba di Katedral, barulah dilanjutkan dengan prosesi mengelilingi Kota Larantuka dengan menyinggahi delapan armida (perhentian), yakni Armida Missericordia, Armida Tuan Meninu (armada kota), Armida St Philipus, Armida Tuan Trewa, Armida Pantekebi, Armida St Antonius, Armida Kuce dan Armida Lohayong.

Urutan armida itu menggambarkan seluruh kehidupan Yesus Kristus mulai dari ke AllahNya (Missericordia), kehidupan manusiaNya dari masa Bayi (Tuan Meninu), masa remaja (St Philipus) hingga masa penderitaanNya sambil menghirup dengan tabah dan sabar seluruh isi piala penderitaan sekaligus piala keselamatan umat manusia.

Saat ini, prosesi tersebut tengah berlangsung dan diperkirakan akan berakhir pada Jumat tengah malam atau Sabtu dini hari, karena diikuti ribuan peziarah Katolik yang datang dari berbagai daerah di NTT, nusantara dan manca negara.

Gubernur NTT Frans Lebu Raya dalam Prosesi Jumat Agung tahun ini, bertindak sebagai "mardomu". Kata "mardomu" berasal dari bahasa Latin--maior dan domus--yang berarti rumah besar. Mardomu disebut juga tuan pesta.

Mardomu atau nazar agung (permesa) ini dilakukan seseorang atau sebuah keluarga yang dengan segala ujudnya, menanggung tanpa pamrih segala kebutuhan untuk keperluan prosesi sebagai wujud melayani Tuhan, berbasis di Kapela Tuan Ma (Bunda Maria).

Pewarta: Laurensius Molan
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013