Kudus, Jawa Tengah (ANTARA) — Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Karjono menegaskan betapa pentingnya peran mereka sebagai tulang punggung negara.
“Santri adalah pilar kokoh Indonesia merdeka. Kita tidak boleh melupakan sejarah, seperti kata Bung Karno dalam JAS MERAH, 'Jangan Sekali-Sekali Melupakan Sejarah', dan saat ini kita punya JAS HIJAU, 'Jangan Sekali-Sekali Melupakan Jasa Ulama'," tegas Karjono dalam sambutannya di acara peresmian gedung MA Nahdlatul Muslimin di Kudus, Jawa Tengah, Minggu.
Dalam suasana yang penuh semangat, Wakil Kepala BPIP menyoroti jasa-jasa para ulama yang tak tergantikan dalam memerdekakan Bangsa Indonesia. Peran K.H. Hasyim Azhari, seorang kyai besar PBNU, yang memimpin perlawanan sukses mengusir penjajah Belanda dari tanah air, menjadi inspirasi bagi para santri.
“K.H. Hasyim Azhari mencatatkan sejarah dengan semangat, bahwa cinta tanah air adalah bagian dari iman, pesan ini harus dijunjung tinggi oleh warga negara Indonesia,” ucapnya.
Tak hanya itu, Wakil Kepala BPIP juga menekankan Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa yang mengikat kita untuk saling mendukung dan menjaga keutuhan bangsa. Dalam melihat situasi yang kompleks di negeri ini, persatuan dan kesatuan adalah kunci untuk menghadapi berbagai tantangan, seperti yang telah ditunjukkan oleh para pahlawan kita dari masa ke masa, mulai dari Sumpah Palapa yang disampaikan oleh Gajah Mada hingga Sumpah Pemuda, sampai Proklamasi oleh Bung Karno dan Bung Hatta.
“Mari kita tingkatkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa, rasa saling menghargai dan rasa saling tolong-menolong, Gotong Royong karena tujuan kita sama, yaitu Indonesia bersatu, khususnya bagi kita umat beragama ke Tuhan Yang Maha Esa, dan kita harus senantiasa terbuka untuk mencari ilmu hangat dibatasi untuk mencari kebenaran sejati,” tambahnya.
Penetapan Buku Refetensi Utama Pendidikan Pancasila, dan Penetapan Buku Teks Utama Pendidikan dan Pembinaan Ideologi Pancasila, untuk Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah dibuat BPIP bersama Kemendibudristek. Maka waka BPIP mengharapkan Bapak Bupati Kudus segera mewajibkan Pendidikan di wilayahnya menerapkan Pendidikan Pancasila.
Dalam kegiatan tersebut Darusalam yang berdiri tahun 1969, Pimpinannya Dr. H. Qomarudin , S.H., M.H. juga memberikan sambutannya. Ia menyambut hangat kehadiran pimpinan BPIP, berharap acara tersebut dapat menghilangkan stigma negatif tak berdasar tentang pesantren sebagai sumber radikalisme dan intoleransi. Beliau menegaskan bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan yang menyatukan pendidikan umum dan agama, sebagai wujud kebhinekaan dan kebersamaan.
Sejuknya kerukunan berbeda tapi satu terpancar dari madrasah ini, memperlihatkan betapa pentingnya memahami perbedaan dan saling menghargai. “Semoga dalam kesempatan ini dan seterusnya, stigma negatif yang tak bertanggung jawab bisa dihilangkan, sehingga kebersamaan dan persaudaraan semakin kuat dan kokoh,” ujarnya.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2023