Chavez tak memberiku materi apapun karena saya tak memerlukannya. Tapi beliau memberiku harapan"

Caracas (ANTARA News) - Antrian amat panjang warga Venezuela melintasi pusara mendiang presiden Hugo Chavez di dalam barak militer lama di perbukitan Caracas. Banyak dari mereka berdoa dan menyanyikan himne hingga larut malam.


Di luar kompleks makam, orang-orang meninggalkan karangan bunga warna warni di kapel kayu berwarna biru beratap seng yang dipersembangkan demi menghormati sang pemimpin yang telah tiada itu.


Mereka kini menamai sang mendiang dengan "Santo Hugo Chavez."


Ketika rakyat Venezuela bersiap untuk Pemilu 14 April, sudut di Caracas ini telah menjadi tempat pertemuan orang-orang Venezuela yang merasa terikat batin dengan mendiang pemimpinnya yang kharismatis dan penyokong sosialisme itu.


"Saya nggak bisa mendekati kapel itu pada pukul 1.30 pagi karena masih banyak orang yang berdoa," kata Elisabeth Torres, merujuk tempat yang dipenuhi gambar Chavez, lilin dan bunga.


Di pusara Chavez tertulis kalimat, "Dikau telah, sedang dan akan menjadi raksasa kami untuk keabadian. Kami akan mencintaimu selamanya."


"Saya datang ke sini untuk berterimakasih kepadanya," kata Belkys Rivera, seorang pengacara Caracas sembari terurai air mata.


"Chavez tak memberiku materi apapun karena saya tak memerlukannya. Tapi beliau memberiku harapan. Hari ini saya merasakan kepedihan dan ketiadaan yang menyakitkan ini."


AFP melaporkan, aroma mistis menyelimuti Chavez sejak kematiannya pada 5 Maret sehingga oposisi menuduh pemerintah telah mengeksploitasi kematian orang yang telah 14 tahun memerintah Venezuela itu.


Penggantinya, Presiden sementara Nicolas Maduro, mendedah kenangan kepada si panglima tertinggi setiap kali berkampanye menghadapi pemimpin oposisi Henrique Capriles.


Sementara saluran TV negara, Vive TV, menyiarkan cerita kartun yang mengisahkan Chavez tiba di surga lalu disambut ikon-ikon Amerika Selatan seperti Simon Bolivar dan Che Guevara.


Semenjak jenasah Chavez dikebumikan, gambar

sang

"comandante" muncul di mana-mana.


Warga Venezuelan dari berbagai penjuru negeri datang menziarahi makam sang mendiang di Barak Gunung, yaitu museum militer yang pernah digunakan Chavez untuk kudeta gagal pada 1992.


Tetapi turis-turis China, Swiss, Kolombia dan Spanyol juga mengunjungi situs Chavez ini.


"Kami memutuskan melihat makam orang yang telah berbuat begitu banyak untuk rakyatnya, terutama untuk mereka yang paling dilupakan," kata Lesbia Torres yang berasal dari kota Riohacha di Kolombia, seperti dikutip AFP.


Sedangkan Thomas Schmidt, pria Swiss yang tinggal di Venezuela, mengaku bukanlah "Chavista", pendukung Chavez. "Saya datang karena orang-orang sini kukuh berpendirian bahwa Chavez tak akan mati, dan ini kasus yang menarik."


Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013