Kuala Lumpur (ANTARA) - Sambil mengunyah permen karet, Yahya Ghani menyimak perbincangan rekannya, Erlangga Satria Aji Saputra dengan ANTARA di balkon aula pertunjukan Kompleks Warisan Sultan Abu Bakar di Johor Bahru, Malaysia, sambil menunggu Wonderful Nusantara Festival 2023 dimulai.
Sama dengan Erlangga, Yahya yang kini duduk di kelas 10 Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL) siang itu mendapat tugas menjadi penabuh rebana, mengiringi siswi-siswi dari sekolahnya yang membawakan tarian dari Aceh di pentas seni tersebut.
Itu kali pertama Yahya turut berpartisipasi dalam sebuah pentas seni. Dan dirinya menganggap kegiatan tersebut berdampak positif untuk menambah kerukunan satu sama lain masyarakat di dua negara yang satu rumpun.
Sebagai murid SIKL, Yahya dan Erlangga mengaku cukup sering melakukan kegiatan bersama dengan anak-anak dari sekolah Malaysia. Salah satu kegiatan yang mempertemukan mereka adalah game day, melibatkan anak-anak dari klub olahraga dua sekolah Malaysia dan Sekolah Indonesia Kuala Lumpur.
Yahya bersama Erlangga menabuh rebana, mengiringi rekan-rekan lainnya menarikan tarian dari Aceh. Apresiasi berdatangan dari penampilan mereka, membuat rasa bangga akan seni dan budaya bangsa yang mereka bawakan dengan begitu indah siang itu.
Konsul Jenderal Republik Indonesia Johor Bahru Sigit S Widiyanto mengatakan jika sejak kecil anak-anak dari dua negara serumpun itu sudah terbiasa bekerja sama, harapannya saat dewasa nanti hubungan mereka akan semakin baik di masa depan.
Itu juga menjadi alasan mengapa Konsulat Jenderal Republik Indonesia Johor Bahru berharap kegiatan yang dinilai sukses tersebut meleburkan mereka dalam keakraban anak-anak dua negara melalui seni dan budaya dapat berlanjut di masa depan.
Anak-anak Indonesia dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi yang sedang menuntut ilmu di negara tetangga itu, begitu pula para pekerja migran Indonesia ikut serta berbagi panggung dalam festival yang menjembatani pergaulan masyarakat di kawasan Asia Tenggara itu.
Tiba saatnya penari-penari dari Yayasan Warisan Johor menarik perhatian dengan menarikan Zapin yang indah. Sebuah seni tari yang mengakar di masyarakat Melayu, menyebar pula di Nusantara sebagai bentuk akulturasi dengan kebudayaan Arab Hadhrami yang dibawa para pedagang Arab jauh sebelum kolonialisme.
Tarian yang bertumpu pada kelincahan gerakan kaki itu menutup festival yang perdana digelar bersama oleh Perwakilan RI di Johor Bahru dengan Departemen Pendidikan Negeri Johor dan Yayasan Warisan Johor.
Goyang bareng
Untuk urusan musik, jangan ditanya. Masing-masing tidak bisa menafikan menggemari jenis musik yang sama.
Hampir di setiap kesempatan, di taksi daring, kedai makan, restoran atau kafe, dan tempat-tempat umum lainnya di Malaysia sering pula terdengar lagu-lagu dari penyanyi Indonesia.
Entah sudah berapa penyanyi Indonesia yang menggelar konser di Malaysia setelah perbatasan kembali dibuka pada 1 April tahun 2022. Hampir setiap bulan promosi konser terlihat di media sosial hingga pemberitaan media massa di sana.
Kumpulan Buskers, kelompok penyanyi jalanan yang kerap menggelar pertunjukan di kawasan Bukit Bintang pun banyak membawakan lagu-lagu dari penyanyi Indonesia. Dari musik dangdut hingga pop, semuanya mampu menghibur atau setidaknya menarik perhatian mereka yang melintas di sana.
Pada Minggu kedua bulan Juli, sebuah festival musik digelar selama dua hari di Bandar Malaysia. Setidaknya 11 grup musisi Indonesia ikut pentas di sana.
NusaFest yang tertunda tiga tahun pelaksanaannya karena pandemi, menghadirkan 24 kelompok musisi dari dua negara. Sementara yang menonton, mulai dari warga Malaysia, Singapura, hingga Indonesia, tumpah ruah di lokasi yang sebelumnya merupakan Pangkalan Angkatan Udara Kerajaan Malaysia.
Grup Band Rock Malaysia ternama, Search menjadi magnet di hari pertama festival musik yang juga didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif (Kemenparekraf) itu.
Wings, Butterfingers, Fourtwnty, Barasuara, Pusakata, Monoloque, Salammusik, Ras Muhammad, Gerhana Skacinta, Kelompok Penerbang Roket, Budak Nadal Hujung Simpang, White Percussion Unit, The Changcuters, Efek Rumah Kaca, Kugiran Masdo, Forceparkbois, The Pinholes, Dipha Barus, Burgerkill, Seringai, Diskoria, Jemson, serta Iqbal M merupakan musisi-musisi Indonesia dan Malaysia yang tampil pada 8-9 Juli lalu.
Nur Jannat Omar, Nur Amira Athirah Fatoni, dan Irfan Jamil Kamid asal Johor yang datang bersama-sama ke NusaFest mengaku sangat senang pada akhirnya festival musik yang tertunda itu dapat digelar.
Mereka mengenakan kostum unik dengan sentuhan tradisional. Tidak peduli terik matahari menyengat memudahkan peluh mengalir membasahi kostum yang mereka pakai, semua bersemangat bergerak mengikuti irama.
Lain lagi dengan Shafie Iman yang baru datang justru saat malam hari. Alasannya sederhana, karena dirinya tidak dapat meninggalkan pekerjaannya dari pagi hingga sore hari.
Ia merupakan pekerja migran asal Jawa Timur yang sudah lebih dari sembilan tahun bekerja di Malaysia. Dan ia mengaku tidak pernah melewatkan konser-konser yang diadakan penyanyi Indonesia di Malaysia.
Malam itu Shafie yang datang bersama rekan kerjanya yang merupakan warga Malaysia, menantikan aksi panggung grup band The Changcuters.
Meski kerap di dunia maya saling hujat dan ejek menyakiti hati, pada kenyataannya, masyarakat bangsa serumpun itu saat berjumpa semua baik-baik saja.
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023