Wartawan hidup pada saat peristiwa -yang nantinya akan menjadi sejarah- terjadi. Wartawan, seperti dikutip Fallaci, `Ia merasakan sejarah dengan tangannya, ia menyaksikan sejarah dengan mata kepalanya sendiri,"
Jakarta (ANTARA News) - Pemimpin Redaksi Kantor Berita Antara Akhmad Kusaeni mengatakan wartawan adalah penulis peristiwa bersejarah ketika sedang terjadi yang melaporkan, menuliskan dan merekam sejarah secara dini.
"Wartawan hidup pada saat peristiwa -yang nantinya akan menjadi sejarah- terjadi. Wartawan, seperti dikutip Fallaci, `Ia merasakan sejarah dengan tangannya, ia menyaksikan sejarah dengan mata kepalanya sendiri," kata Akhmad Kusaeni di Jakarta, Kamis malam.
Akhmad Kusaeni menyampaikan sambutan pada pembukaan pameran dan peluncuran buku fotografi jurnalistik karya pewarta foto Antara bertajuk "Kilas Balik 2012" di Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA), Pasar Baru, Jakarta.
Kusaeni mengatakan sejarah mencatat Herodotus sebagai "Bapak Sejarah". Sebagai penulis dan periset, dia berkelana ke Athena, Delphi dan Sparta. Dia juga mengunjungi Mesir, menyeberangi Laut Hitam dan menetap di Thourioi, Italia Selatan sampai wafatnya.
"Dia menuliskan negeri dan pemimpin yang dikunjungi, termasuk perang antara Persia dan Yunani. Dia mewawancarai orang-orang, menuliskan transkripnya lalu memberikan data dan analisis," tuturnya.
Meskipun istilah jurnalis atau reporter baru dikenal belakangan, tetapi Kusaeni mengatakan Herodotus sejatinya adalah seorang wartawan. Dia melakukan kegiatan sebagaimana wartawan masa kini bekerja.
Di masa yang lain, Oriana Fallaci adalah seorang Herodotus zaman modern. Dia adalah wartawan penulis sejarah modern yang sangat mengagumi Herodotus dan mengimitasi teknik dan cara kerja pendahulunya itu.
Falacci ikut terbang ketika pesawat-pesawat Amerika Serikat memborbardir Vietnam. Dia terluka saat terjadi baku tembak di Meksiko. Dia mewawancarai Shah Iran dan Ayatollah Khomeini saat revolusi Islam di Iran serta memburu Lech Walesa saat solidaritas buruh melanda Polandia.
"Dia juga menulis profil dan pandangan tokoh terkemuka lain seperti Henry Kissinger, Zulfikar Ali Bhutto, Muamar Khadafi, Yasser Arafat, Deng Xiao Ping, Indira Gandhi, Golda Meir dan banyak lagi," ujarnya.
Kusaeni mengatakan hasil wawancara Fallaci didokumentasikan dan dibukukan ke dalam "Interview with History" yang kini menjadi rekaman sejarah yang menjadi rujukan.
Wartawan dan pewarta foto, kata Kusaeni, menuliskan dan merekam ketika sejarah berlangsung dengan bergegas dan ketergesa-gesaan. Meski tergesa-gesa dikerjar tenggat waktu, wartawan harus menulis dan pewarta foto harus memotret secara benar dan akurat.
"Apa yang ditampilkan dalam buku ini adalah upaya wartawan-wartawan Antara merekam sejarah secara dini. Saya membayangkan mereka seperti Mendur Bersaudara yang memotret momen-momen peting bersejarah detik-detik proklamasi," katanya.
Kusaeni mengatakan buku "Kilas Balik 2012" merupakan kumpulan karya-karya terbaik para pewarta foto Antara dari seluruh tanah air. Semua kejadian sepanjang 2012 direkam dengan jeli dan bernas serta dituangkan dalam karya foto yang bisa dinikmati pembaca.
Pada kesempatan itu, Kusaeni juga meminta dukunga Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terkait dengan rencana Perum LKBN Antara untuk menjadikan gedung Antara di Pasar Baru sebagai pusat multimedia.
"Gedung ini adalah cagar budaya, lokasi bersejarah tempat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia disiarkan ke luar negeri. Saat ini, gedung ini sudah bersertifikasi milik Antara," katanya.
Wali Kota Jakarta Pusat Saefullah yang mewakili Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan merasa bangga berada di gedung bersejarah milik Antara. Dia mengatakan foto adalah bukti otentik yang menggambar kondisi asli dari sebuah peristiwa.
"Foto 100 persen otentik, tidak bisa direkayasa. Meskipun saat ini sudah banyak rekayasa, tetapi foto yang asli adalah gambaran yang otentik dan jujur," tuturnya.
Sementara itu, Budayawan Muji Sutrisno mengatakan peluncuran buku "Kilas Balik 2012" adalah cara yang tepat untuk menyampaikan pesan-pesan humanis dan potret yang riil tanpa rekayasa.
"Antara harus lebih sering menampilkan foto-foto seperti ini. Apalagi fotografi juga sudah mulai digemari generasi muda. Jadi Antara harus mendekatkan nilai-nilai humanis kepada generasi muda," katanya.
(T.D018)
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013