"Di Korut tentu kita mempunyai hubungan yang khusus dengan Korea Utara, karena hubungan yang unik ini membuat kita mempunyai akses untuk didengar oleh leadership di sana. Tentu kita tidak mengharapkan situasi di semenanjung Korea itu menjadi l

Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan melakukan lawatan ke dua negara Korea pada 17 hingga 22 Juli 2006, dengan agenda utama meningkatkan hubungan dan kerjasama bilateral Indonesia-Korea Utara dan Indonesia-Korea Selatan. Rencana kunjungan itu diungkapkan Juru Bicara Deplu-RI Yuri Octavian Thamrin dalam jumpa pers di Gedung Deplu, Jakarta, Jumat. Menurut Yuri, Presiden Yudhoyono akan berangkat meninggalkan Jakarta pada 17 Juli dan pada 18-19 Juli akan berada di Korea Utara, sementara pada 19-22 Juli melakukan kunjungan di Korea Selatan. "Tanggal-tanggal tersebut sudah dikomunikasikan dan disepakati oleh pihak kedua negara tuan rumah (Korut dan Korsel)," kata Yuri. Lawatan Yudhoyono ke dua Korea pada 17-22 Juli itu merupakan kunjungan yang tertunda, karena sebelumnya Kepala Negara direncanakan melakukan kunjungan pada 5-9 Juni 2006 lalu yang kemudian ditunda karena peristiwa gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Di Korea Utara, Presiden Yudhoyono dan mitranya akan mengeluarkan deklarasi bersama, yang menurut Yuri, elemen-elemen deklarasi tersebut akan berkisar pada konteks peningkatan hubungan bilateral serta bagaimana membuat situasi kawasan yang lebih mantap di Semenanjung Korea. Korea Utara saat ini tengah dikhawatirkan oleh sejumlah negara, terutama Korsel, Jepang dan Amerika Serikat, terkait dengan rencana Korut meluncurkan uji-coba misil balistik jarak jauh dalam waktu dekat. Rencana tersebut dilaporkan media di tengah perundingan enam-pihak (six-party talks) yang membahas masalah nuklir Korea Utara mengalami kemacetan sejak November 2005 karena Korut memboikot perundingan enam pihak yang melibatkan Korut, Korsel, AS, Jepang, Rusia dan Cina. "Di Korut tentu kita mempunyai hubungan yang khusus dengan Korea Utara, karena hubungan yang unik ini membuat kita mempunyai akses untuk didengar oleh leadership di sana. Tentu kita tidak mengharapkan situasi di semenanjung Korea itu menjadi lebih buruk, kita justru mengharapkan sebaliknya," kata Yuri. Ia juga menyatakan harapan Indonesia agar semua pihak yang terlibat dalam upaya penyelesaian krisis nuklir Korut menahan diri serta masalah apapun yang ada diselesaikan melalui dialog. Sementara itu di Korea Selatan, kata Yuri, Presiden Yudhoyono dan Presiden Korsel Roh Moo Hyun akan menandatangani dokumen mengenai pembentukan kemitraan strategis Indonesia dan Korea Selatan. Dokumen tersebut akan mencakup kerjasama antara lain di bidang politik, keamanan, pertahanan, investasi, perdagangan, ilmu pengetahuan dan teknologi, sosial dan budaya. "Kami melihat bahwa ini adalah roadmap (peta jalan) yang kokoh untuk memperdalam dan memperluas hubungan yang saling bermanfaat di antara kedua negara," ujar Yuri. Yuri, yang juga menjabat sebagai Direktur Asia Timur dan Pasifik itu, juga memaparkan bahwa untuk memastikan dokumen kemitraan strategis itu berjalan dengan baik, kedua negara akan membentuk kelompok orang terkemuka (EPG/eminent persons group). (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006