Kita hanya memiliki sekitar 1.000 hari tersisa untuk mencapai MDGs dan Inggris akan melakukan semampunya untuk mendukung upaya-upaya yang dilakukan guna mencapai target-target itu,"
Nusa Dua (ANTARA News) - Pemerintah Inggris berkomitmen untuk fokus membantu negara-negara rentan seperti Afghanistan dan Republik Demokratik Kongo yang hingga tiga tahun menjelang 2015 belum mencapai satupun target Tujuan Pembangunan Milenium.
"Kita hanya memiliki sekitar 1.000 hari tersisa untuk mencapai MDGs dan Inggris akan melakukan semampunya untuk mendukung upaya-upaya yang dilakukan guna mencapai target-target itu," kata Menteri Pembangunan Internasional Inggris Justine Greening di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali, Rabu.
Greening bertindak sebagai pimpinan delegasi negaranya dalam pertemuan panel tingkat tinggi PBB mengenai agenda pembangunan pasca2015 untuk mewakili Perdana Menteri Inggris David Cameron yang berhalangan hadir.
"Kami ingin membantu mereka menghapus kemiskinan ekstrim dan menopang pembangunan ekonomi berkelanjutan mereka," katanya.
Greening juga mengatakan bahwa Inggris akan membelanjakan 0,7 persen dari pendapatan kotor nasionalnya untuk pembangunan internasional tahun ini dan akan menjadi negara anggota G8 pertama yang memberikan komitmennya pada rakyat termiskin dunia.
"Mencapai komitmen ini tidak hanya berarti melakukan hal yang benar - ini adalah investasi cerdas," katanya.
Pemerintah Inggris sejak lama telah tertarik dengan pembangunan internasional karena hal itu akan menciptakan pasar-pasar baru dan dapat menyebarkan ekonomi dunia yang berkelanjutan, setimbang dan kuat.
"Tujuan utama kami adalah mengakhiri ketergantungan pada bantuan melalui pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja," katanya.
Terkait target-target tersebut, strategi pemerintah Inggris adalah untuk mengatasi akar penyebab kemiskinan, bukan sekadar mengatasi gejala-gejalanya.
Pertemuan panel tingkat tinggi PBB yang diselenggarakan di Bali itu merupakan pertemuan keempat menyusul pertemuan di New York, London dan Monrovia. Pertemuan kali ini dipimpin bersama oleh Presiden Yudhoyono dan Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf.
Seharusnya turut menjadi pemimpin bersama adalah Perdana Menteri Inggris David Cameron namun yang bersangkutan tidak dapat hadir karena situasi di dalam negeri dan memilih menyampaikan pandangannya melalui tayangan video.
(G003/N002)
Pewarta: GNC Aryani dan Ageng Wibowo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013