Laporan bertajuk Without Papers, There is No Life mengungkapkan bahwa sebagian besar anak tanpa pendamping di Yunani rentan terhadap pelecehan dan eksploitasi. Pada 2022, sebanyak 981 dari 3.175 pengajuan suaka telah diterima.
"Anak-anak tanpa pendamping bergantung pada kerangka kerja hukum Yunani yang menawarkan mereka perlindungan dan keselamatan - pemerintah harus menjamin semua anak-anak ini memiliki izin tinggal," kata penasihat senior Save the Children, Daniel Gorevan.
Penelitian, termasuk wawancara dengan 12 anak tanpa pendamping, mencatat bahwa meski tingkat penolakan tidak dipublikasi, jumlah itu menunjukkan bahwa banyak anak yang dibiarkan tanpa dokumentasi hukum yang diperlukan agar mereka tetap berada di Yunani.
"Ketika saya tidak mempunyai dokumen dan menunggu untuk mendaftar, ibarat dipenjara. Mungkin saya akan tidak dapat meninggalkan kamp, pergi ke pasar, melihat di mana kami berada. Saya menghabiskan banyak waktu dengan ponsel," kata Mahir (14) asal Irak.
Laporan itu mengindikasikan bahwa situasi di Yunani "tak sejalan dengan banyak negara Uni Eropa", di mana hampir separuh dari negara anggota menerbitkan izin tinggal untuk anak-anak tanpa pendamping.
"Penolakan dokumen resmi, akumulasi utang anak-anak untuk menutupi kebutuhan, membuat mereka semakin rentan terhadap pelecehan," ungkap direktur Dewan Pengungsi Yunani Lefteris Papagiannakis.
Baca juga: Kebakaran di kamp pengungsi Yunani, ribuan orang lari
Baca juga: Yunani relokasi sekelompok pengungsi remaja ke Portugal
Baca juga: Kapal pengungsi karam di lepas pantai pulau Yunani, 4 orang tewas
Sumber: Anadolu
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023