"Ini kelihatannya sederhana tetapi perlu dilatih. Kita melatih suatu kemampuan untuk melakukan aktualisasi, value dan dilatih dari sedini mungkin, 18 bulan sampai tiga tahun," kata dia dalam acara media di Jakarta, Kamis.
Yuni mencontohkan orangtua misalnya bisa meminta anak memilih lauk makan siang antara ayam atau ikan, atau bertanya pilihan warna sepatu merah atau biru untuk dikenakan hari ini.
Pada prinsipnya, orangtua harus memberikan pilihan yang mereka setujui dan bukan merupakan pilihan dengan jawaban ya atau tidak.
"Jangan beri pilihan yang jawabannya ya atau tidak. Misalnya, 'kamu mau makan atau enggak?' Kalau dijawab tidak, bagaimana? Pilihan itu yang berada dalam koridor kita setuju," kata Yuni yang pernah menempuh pendidikan di Universitas Indonesia itu.
Dia berpendapat, memberikan pilihan pada anak merupakan bagian dari asuh atau pengasuhan orangtua pada anak mereka. Ini juga menjadi kebutuhan primer anak yang harus dilengkapi termasuk imunisasi.
Sementara asah yakni memberikan anak stimulasi setiap saat dan terus menerus demi perkembangan motorik kasar dan halus, sosial dan bahasa mereka. Stimulasi dilakukan perlahan dan tanpa unsur paksaan terhadap anak.
Dia menambahkan, pemberian asah, asih dan asuh yang adekuat pada anak ini agar nantinya mereka dapat menjadi generasi pemimpin, mandiri dan percaya diri yang mumpuni.
Baca juga: Tips kelola rasa panik ketika anak didiagnosis penyakit kronis
Baca juga: Psikolog ungkap cara orang tua memberitahukan penyakit kepada anak
Baca juga: Caca Tengker ajak orang tua kenalkan anak cara kelola keuangan
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023