Jakarta (ANTARA) - Aktor peraih Piala Citra 2021 untuk Pemeran Utama Pria Terbaik dalam film "Penyalin Cahaya", Chicco Kurniawan, mengungkapkan bahwa dirinya adalah penikmat berbagai genre musik dari pop, folk, bahkan hingga varian pop Jawa atau koplo.
Pria kelahiran 16 Mei 1994 tersebut mengaku bahwa ia terkadang mendengarkan musik secara acak, mengacu pada lirik lagu dan aransemen yang mengena pada batinnya.
Beberapa nama musisi dalam negeri yang ia gemari adalah grup band SORE, Ardhito Pramono, dan Yennu Ariendra asal Yogyakarta yang mengusung proyek musik koplo berbalut elektronika atau koplotronika.
"Gue suka musik folk dari Indonesia seperti SORE dan Ardhito. Kalau Ardhito karena memang lagi syuting bareng dia. Menurut gue, dia cukup jenius, lagu-lagunya personal sekali, dan gue suka lirik-lirik yang dia bikin," buka Chicco kepada ANTARA di Jakarta, Rabu (26/7).
Baca juga: "Penyalin Cahaya", film panjang perdana sutradara Wregas Bhanuteja
Uniknya menurut Chicco, karakter musik yang disuguhkan oleh Ardhito Pramono sesungguhnya bukan merupakan musik yang ia sukai selama ini. Tetapi, kekuatan lirik lagu-lagu karya sang musisi membuat Duta Festival Film Indonesia 2023 itu kemudian kepincut dan jatuh hati.
"Menariknya, terkadang kita mendengarkan musik harus yang kita suka ya, namun musik Ardhito ini sebenarnya nggak kena ke gue sama sekali. Tetapi pas dengarkan liriknya, rasanya memberi sesuatu hal yang baru untuk gue. Jadi kayak lebih mengenal dengan dia, padahal sesungguhnya kan nggak," terangnya.
Lebih lanjut, bungsu dari tiga bersaudara ini malah mengaku bisa merasa 'metal' alias mellow total kala mendengarkan lagu-lagu pop Jawa koplo berbalut dimensi musik elektronika milik seniman musik Yennu Ariendra.
"Ada salah satu musisi dari Yogyakarta namanya Yennu Ariendra bikin koplotronika. Gue kalau dengar lagu-lagunya, ya bisa nangis parah. Itu kan aransemen yang dibuat kayak zaman almarhum Didi Kempot, bikin orang-orang benar-benar nangis. Gue bisa se-random itu," katanya seraya tertawa.
Sedangkan dari luar negeri, Chicco juga menggemari musisi multi instrumen, penyanyi, pencipta lagu, produser, dan desainer suara asal Wales yaitu Ali John Meredith-Lacey atau lebih dikenal dengan nama panggung Novo Amor.
"Gue (dengar musik) ke mana-mana sih, walau secara umum ya dengarnya pop. Gue percaya sama lirik, musik, dan aransemen, serta suara. Ketika dengar satu lagu yang belum pernah didengar, biasanya gue mencari mana yang nyangkut sama perasaan. Bahkan musik metal ketika scream, kalau pesannya sampai ke gue, ya itu bisa nyangkut," imbuhnya.
Meski hobi mengkonsumsi segala jenis musik, namun Chicco mengaku bukan tipikal penikmat musik yang akan memburu setiap gig atau gelaran panggung musisi idola. Bahkan gig terakhir yang dengan sengaja ia datangi adalah sebuah festival musik di kawasan Jakarta Selatan sekitar lima tahun silam.
"Waktu itu nonton Efek Rumah Kaca dan Danilla. Gue datang ke gig pasti karena niat ingin melihat penampil tertentu. Contohnya Novo Amor, tadinya gue nggak terlalu suka, tapi tahu-tahu ingin nonton. Kalau sekarang, ingin lihat live Sheila on 7, atau Naif yang sayangnya sudah tidak ada lagi, Payung Teduh, dan Banda Neira," tutupnya.
Baca juga: Segudang harapan Laura Basuki dan Chicco Kurniawan untuk sinema lokal
Baca juga: Duta FFI, Laura Basuki-Chicco Kurniawan emban misi majukan film lokal
Baca juga: Kekaguman Chicco Kurniawan terhadap Coelho dan Eka Kurniawan
Pewarta: Ahmad Faishal Adnan
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023