Chicago (ANTARA) - Harga emas berjangka menguat pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), memperpanjang keuntungan untuk hari kedua berturut-turut didukung keputusan Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga seperti diperkirakan secara luas.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange terangkat 6,40 dolar AS atau 0,33 persen menjadi menetap pada 1.970,10 dolar AS per ounce, setelah menyentuh tertinggi sesi di 1.976,30 dolar AS dan terendah di 1.963,20 dolar AS.

Emas berjangka naik tipis 1,5 dolar AS atau 0,08 persen menjadi 1.963,70 dolar AS pada Selasa (25/7/2023), setelah terpangkas 4,40 dolar AS atau 0,20 persen menjadi 1.962,20 dolar AS pada Senin (24/7/2023), dan tergelincir 4,30 dolar AS atau 0,22 persen menjadi 1.966,60 dolar AS pada Jumat (21/7/2023).

Baca juga: Emas berakhir lebih tinggi ketika pedagang menunggu keputusan Fed

Logam kuning menguat pada Rabu (26/7/2023) karena imbal hasil obligasi pemerintah AS merosot bersama dengan dolar, kemudian memperpanjang kenaikan tersebut ke sesi perdagangan elektronik karena investor mempertimbangkan keputusan Federal Reserve menaikkan suku bunga seperti yang diharapkan.

Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Rabu (26/7/2023) seperti yang diantisipasi secara luas, untuk menargetkan kisaran 5,25 persen hingga 5,50 persen, mencapai level tertinggi dalam 22 tahun.

Bank sentral AS juga mengatakan tetap "sangat memperhatikan" risiko inflasi, membiarkan pintu terbuka untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Dalam perdagangan elektronik tak lama setelah keputusan tersebut, kontrak emas Agustus berada di 1.971,20 dolar AS per ounce, naik tipis dari harga penyelesaian emas.

Baca juga: Emas kembali merosot tertekan penguatan dolar jelang keputusan Fed

Kenaikan suku bunga "cenderung menekan harga emas dalam waktu dekat," karena suku bunga yang lebih tinggi mendukung dolar AS, kata Jerry Braakman, presiden dan kepala investasi First American Trust.

Namun, setelah keputusan Fed, indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya turun 0,2 persen menjadi 101,19, sedangkan imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun berada di 3,8895 persen, turun dari 3,911 persen sehari sebelumnya.

Suku bunga yang lebih tinggi "pada akhirnya akan meningkatkan risiko resesi karena memperlambat aktivitas ekonomi di AS," kata Braakman. Dalam jangka menengah, "kita akan melihat kemungkinan besar ekonomi memasuki resesi atau terjebak dalam stagflasi."

Keputusan Fed, yang dirilis sekitar setengah jam setelah penyelesaian untuk emas Comex, adalah yang pertama dari serangkaian pengumuman kebijakan dari bank-bank sentral global utama, termasuk Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral Jepang, yang akan keluar minggu ini.

Dengan "sedikit kejelasan baru" tentang jalur atau pola kenaikan suku bunga Fed di masa depan, pasar akan fokus pada konferensi pers Fed untuk perincian tentang jalur suku bunga atau apakah Fed dalam pola bertahan, kata Rob Haworth, ahli strategi investasi senior di U.S. Bank Asset Management.

Emas menandai pemulihan yang kuat selama sebulan terakhir karena data ekonomi AS yang lemah, terutama inflasi, mendorong taruhan bahwa Fed akan memiliki ruang terbatas untuk terus menaikkan suku bunga.

Bank sentral AS telah mengisyaratkan setidaknya dua kali kenaikan suku bunga lagi tahun ini, mengingat tren inflasi masih jauh di atas target tahunan bank.

Tetapi Fed Fund berjangka menunjukkan bahwa pasar memperkirakan kemungkinan yang lebih besar bahwa kenaikan Rabu (26/7/2023) akan menjadi yang terakhir bagi Fed untuk tahun ini, meskipun bank sentral tidak memberikan indikasi seperti itu.

Suku bunga yang lebih tinggi menjadi pertanda buruk bagi aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas, karena meningkatkan peluang kerugian. Keuntungan emas masih diperkirakan akan terbatas, dengan kurs AS akan tetap lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023