Denpasar (ANTARA) - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Made Mangku Pastika menyebut Rumah Kebangsaan dan Kebhinnekaan Pasraman Satyam Eva Jayate sebagai salah satu upaya dari para tokoh di Bali untuk tetap menjaga nasionalisme dan kebhinnekaan.
"Tempat ini saya kira penuh dengan idealisme dan nasionalisme yang sejalan dengan pemikiran saya. Terlebih saat ini kita menuju Pemilu 2024," kata Pastika saat mengadakan reses ke Rumah Kebangsaan dan Kebhinnekaan (KaKek) di kawasan Desa Penatih, Denpasar, Rabu.
Mengusung jargon kebangsaan dan kebhinnekaan, Rumah KaKek yang dibangun secara gotong royong oleh tokoh-tokoh di Bali itu untuk mewadahi beragam kegiatan pengembangan dan pembangunan generasi muda, termasuk kegiatan kreatif, seni budaya dan kegiatan lainnya.
Pastika dalam kegiatan resesnya bertajuk "Keberadaan dan Kiprah Generasi Muda dalam Menyongsong Pemilu 2024" itu diterima oleh Ketua Yayasan Rumah Kebangsaan dan Kebhinnekaan Ketut Udi Prayudi beserta jajaran pengurus lainnya.
"Saat ini merupakan momentum yang bagus bagi kaum intelektual dan yang punya gagasan besar untuk ikut berbicara dalam menentukan calon pemimpin maupun wakil rakyat yang akan terpilih pada Pemilu 2024," ujar mantan Gubernur Bali dua periode itu.
Selain pemimpin yang dapat menjaga kebhinnekaan di Bali, lanjut Pastika, tentunya diinginkan pemimpin yang mengerti prioritas agar rakyat menjadi sejahtera.
Menurut Pastika, seharusnya seorang pemimpin bisa menentukan dan memprioritaskan kebutuhan yang mendesak dan penting bagi rakyat. Jangan sampai terlalu banyak program "aksesoris" sehingga sumber daya yang terserap menjadi mubazir.
Oleh karena itu, berbagai diskusi dan pembicaraan-pembicaraan yang mengarah untuk situasi Bali dan Indonesia yang lebih baik dapat digagas dan dilaksanakan di Rumah Kebangsaan dan Kebhinnekaan Pasraman Satyam Eva Jayate tersebut bahkan dengan mengundang tokoh-tokoh nasional.
Ketua Yayasan Rumah Kebangsaan dan Kebhinnekaan Ketut Udi Prayudi mengatakan Rumah KaKek tidak terlepas dari angka atau simbol 17-8-45 atau tanggal Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945.
Selain itu, Rumah KaKek memiliki konsep kebangsaan dan nasionalisme. Pondasi bangunan dibangun dari batu seluruh Nusantara dari Sabang sampai Papua, dari Miangas sampai Pulau Rote Ndao.
Untuk ruangan yang ada diberi nama-nama pahlawan dari seluruh Nusantara serta dari berbagai suku dan agama, seperti Ruang Bung Karno (Jawa), Ruang Bung Hatta (Sumatera), Ruang Gus Dur (Jawa), Ruang Tjilik Riwut (Kalimantan), Ruang Tjut Nyak Dien (Aceh), dan Ruang John Lie (Sulawesi).
Selanjutnya ada Ruang Frans Kasiepo (Papua), Ruang Mr. Ida Anak Agung Gede Agung (Bali), Ruang Christina Martha Tiahahu (Maluku), dan Ruang Ida I Dewa Istri Kanya (Bali).
"Yang jelas, komitmen kami untuk kebangsaan sangat kuat. Bangunan ini dapat digunakan 52 organisasi kepemudaan di Bali sehingga dapat menjadi rumah gotong royong," ucap mantan anggota KPU Provinsi Bali itu.
Rumah KaKek juga memiliki holly wall yang berisikan 17 kata-kata bahasa daerah tentang persaudaraan dari seluruh Nusantara. Holly wall ini mengapit Padma Candi Nusantara.
Sebagai tempat dan wadah berkreativitas, di Rumah KaKek juga sebelumnya dilaksanakan pembuatan biopori dan eco enzim, orasi kebangsaan, donor darah, hingga pentas seni serta berbagai diskusi kebangsaan.
Dalam kesempatan itu, Pastika juga didaulat untuk menuliskan pesan atau motivasi kebangsaan pada batu prasasti yang terdapat di dekat pintu masuk Rumah Kebangsaan dan Kebhinnekaan Pasraman Satyam Eva Jayate.
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2023