Isu tersebut dibahas dalam pertemuan PM Malaysia itu dengan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr yang mengunjungi Kuala Lumpur untuk pertemuan bilateral pada Rabu.
"Kami menyinggung isu Myanmar untuk memperkuat Konsensus Lima Poin ASEAN tetapi juga memberikan beberapa fleksibilitas bagi negara-negara tetangga untuk terlibat secara informal tanpa mengorbankan masalah hak asasi manusia, dan perlakuan terhadap minoritas, khususnya Rohingya," ujar Anwar dalam konferensi pers bersama Marcos.
Sementara itu, Presiden Filipina tidak mengomentari isu Myanmar.
Baca juga: Soliditas dan netralitas ASEAN terus diuji
Malaysia dan ASEAN sebelumnya telah menolak keterlibatan apa pun dengan junta, meskipun Thailand tahun ini sempat menjadi tuan rumah pertemuan informal dengan Myanmar---dengan alasan perlunya menjaga dialog.
ASEAN, yang memiliki 10 anggota termasuk Myanmar, telah mendorong implementasi Konsensus Lima Poin yang berisi rencana perdamaian untuk menyelesaikan krisis yang dipicu kudeta oleh militer terhadap pemerintah terpilih negara itu pada Februari 2021.
Meskipun telah disepakati para pemimpin ASEAN serta perwakilan junta Myanmar yang bertemu pada April 2021 di Jakarta, tetapi hingga kini implementasi konsensus tersebut masih mandek.
Malaysia selama ini vokal mengkritik junta Myanmar. Awal bulan ini, Malaysia juga mendesak ASEAN untuk mengutuk keras tindakan junta, termasuk kekerasan yang menyebabkan jatuhnya banyak korban sipil.
Baca juga: Menlu Indonesia tak berencana kunjungi Myanmar
Baca juga: Indonesia tetap jalankan diplomasi senyap untuk tangani isu Myanmar
Baca juga: Blinken: Ada dukungan luas dari ASEAN untuk menekan junta Myanmar
Sumber: Reuters
Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023