Country Director A-PAD Indonesia Sinta Kaniawati dalam A-PAD International Symposium di Jakarta, Rabu, mengatakan fokus membangun ketangguhan bencana di sektor pariwisata dilakukan sejalan dengan fokus untuk memitigasi atau mengurangi dampak bencana, yang merupakan tujuan utama platform tersebut.
“A-PAD Indonesia fokus sampai 2024 di sektor pariwisata. Kenapa? Karena waktu itu saat COVID-19 melanda, sektor yang paling terdampak dan kolaps itu adalah pariwisata. Banyak yang kehilangan pekerjaan, infrastruktur rusak, makanya kami coba intervensi,” katanya.
Sinta menjelaskan salah satu upaya intervensi yang dilakukan adalah dengan menggandeng hotel-hotel di sejumlah destinasi pariwisata seperti Bali, NTB, dan Labuan Bajo (NTT) untuk diberikan pembekalan peningkatan kapasitas (capacity building) agar bisa memperkuat kapasitas mereka setelah kembali pulih.
“Yang kita lakukan adalah kita kerja sama dengan para hotel. Itu jadi kesempatan bagi industri untuk memperkuat kapasitas mereka pada saat sudah recover (pulih) seperti saat tahun lalu dan tahun ini, mereka sudah lebih siap. Itu mitigasi yang kami lakukan di Bali, Lombok dan Labuan Bajo untuk program hotel tahan bencana,” katanya.
Program lainnya yang juga dijalankan adalah dengan membangun ketahanan bagi para pelaku UMKM yang menjadi bagian dalam mata rantai bisnis pariwisata atau perhotelan.
“Jadi ini business continuity plan. Contohnya adalah grup Sheraton, karena COVID-19, dari 800 vendor UMKM, sebanyak 400 di antaranya harus kehilangan pekerjaan. Lalu bagaimana biar mereka siap? Kita latih agar mereka punya resilience (ketahanan), back up plan, sehingga bisa menyelamatkan area berusaha dan lainnya. Itu juga jadi salah satu program kami,” kata Sinta.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pengembangan Strategi Penanggulangan Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengapresiasi usaha penanggulangan bencana yang dilakukan oleh A-PAD Indonesia.
Ia menyebut dukungan di sektor swasta itu turut membantu meringankan pekerjaan pemerintah dalam penanggulangan dan mitigasi bencana, termasuk mengenai program hotel tahan bencana.
“Mereka membantu BPBD Bali, NTB dan Labuan Bajo untuk membantu sertifikasi agar lokasi atau hotel itu bisa comply (patuh) terhadap aturan-aturan soal penanggulangan bencana,” katanya.
Misalnya saja Bali, yang rawan akan bencana gempa bumi dan tsunami, didorong untuk bisa memiliki hotel-hotel yang mematuhi aturan sertifikasi terhadap ketangguhan bencana.
“Jadi bangunannya harus tahan gempa, ada tim penanggulangan bencananya, ada prosedur rutin di hotel soal jalur evakuasi, latihan, yang seperti itu. Harapannya hotel-hotel itu jadi tempat yang aman bagi wisatawan yang akan datang ke Indonesia,” katanya.
Agus juga mengakui bantuan dari pihak swasta seperti A-PAD sangat berarti dalam mendukung ketangguhan bencana di Indonesia karena keterbatasan dukungan anggaran dan personel.
“Kita (pemerintah) dari sisi anggaran terbatas, personel juga terbatas dan kami harap keterlibatan pihak-pihak lain dan swasta bisa mendukung ketangguhan semua. Jadi pemerintahnya tangguh, swasta tangguh, semua komponen tangguh sehingga kita bisa mencapai Indonesia yang tangguh bencana,” kata Agus.
Asia Pacific Alliance for Disaster Management (A-PAD) adalah jejaring kemitraan trans-nasional yang memfasilitasi kerja sama dan kesepahaman untuk memperkuat ketangguhan berbagai aspek akibat bencana. Kemitraan ini dibangun di semua lapisan termasuk pemerintah, perusahaan swasta, organisasi masyarakat juga ahli dan akademisi di kawasan Asia Pasifik.
Baca juga: Kemenparekraf ingatkan hati-hati promosi pariwisata pasca-bencana
Baca juga: Wamenparekraf: Pelaku pariwisata harus aktif tanggulangi bencana
Baca juga: Disparekraf NTT siapkan petunjuk pelaksanaan wisata aman bencana
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023