Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu mengatakan bahwa konsep pertanian cerdas tersebut mengoptimalisasi penggunaan teknologi yang efisien.
"Dalam kesempatan ini kita juga launching kerja sama dengan Korsel untuk membangun pertanian cerdas," kata Dedi.
Dedi menjelaskan, konsep pertanian cerdas yang diterapkan dalam kerja sama Indonesia dengan Korea tersebut mencakup penerapan sejumlah teknologi modern guna mengoptimalisasi produktivitas pertanian dengan menggunakan rumah hijau (green house) yang pintar.
Menurutnya, pengembangan sejumlah komoditas buah seperti stroberi, tomat dan paprika menggunakan green house tersebut, mencakup konsep iklim skala kecil atau microclimate. Suhu di dalam green house bisa dikendalikan.
"Cara cerdas, dengan mengendalikan micro climate. Ada smart green house. Di dalamnya, suhu dikendalikan, artinya itu bisa diatur, suhu bisa dinaikkan dan diturunkan," katanya.
Selain itu, lanjutnya, juga ada sensor yang menjaga kelembapan udara, sinar matahari, dan lainnya. Kemudian, hal lain yang diperhatikan pada green house tersebut adalah mekanisme pengairan yang disertai nutrisi untuk tanaman.
"Green house ini juga dilengkapi sensor suhu, kelembapan, sinar matahari, dan lainnya. Termasuk (memberikan) larutan untuk pengairan seperti hidroponik, serta memberikan nutrisi kepada tanaman," katanya.
Ia menambahkan, konsep yang saat ini tengah dikembangkan di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan, Kabupaten Malang tersebut diharapkan bisa diadopsi untuk seluruh wilayah Indonesia.
Ia meyakini dengan adanya penerapan konsep pertanian pintar tersebut, produktivitas serta kualitas pertanian di dalam negeri bisa meningkat, yang pada akhirnya mampu mendorong ekspor produk-produk pertanian Indonesia ke pasar dunia.
"Kita bangun kerja sama ini di Indonesia agar bisa diimplementasikan di seluruh tanah air. Dengan penerapan smart agriculture, produktivitas bisa ditingkatkan, kualitas juga membaik, dan input produksi ditekan, agar produk pertanian kita berdaya saing, supaya bisa diekspor," katanya.
Untuk jangka panjang, lanjutnya, konsep pertanian pintar juga diharapkan mampu menjadi salah satu upaya untuk menghadapi musim kemarau ekstrem atau El Nino. Konsep pertanian pintar yang merupakan kerja sama dengan Korea itu, mampu melakukan efisiensi penggunaan air.
"Tentu ini tidak bisa sekejap, ada proses. Pelatihan ini juga proses, pendidikan, edukasi, utamanya bagi petani milenial. Bahwa caranya untuk mengendalikan El Nino itu seperti ini. Untuk jangka panjang," katanya.
Baca juga: Mentan SYL sukses melobi Korsel kembangan pertanian modern RI
Baca juga: Jokowi tekankan 18 proposal proyek RI-Korsel diimplementasikan
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023