pengaruh air bersih untuk penurunan stunting itu memang luar biasa,Lebak (ANTARA) -
Pagi itu, di Kecamatan Lebak Gedong, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, terlihat kerumunan warga. Sebentar lagi Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Dudung Abdurachman beserta para pejabat datang ke daerah ini.
Hilir mudik anggota TNI dari berbagai kesatuan mewarnai keramaian di daerah itu. Padahal, sehari-hari Kecamatan Lebak Gedong, yang wilayahnya berada di kaki kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), tampak sepi. Kalaupun ada kendaraan roda empat, itu bisa dihitung jari.
Hari itu, Selasa pagi pekan ini, masyarakat bersama aparat desa dan kecamatan setempat mempersiapkan kedatangan orang nomor satu di Angkatan Darat.
Kasad akan meresmikan fasilitas sarana air bersih yang dihasilkan oleh Program TNI AD Manunggal Air untuk percepatan penurunan kasus tengkes atau stunting pada anak akibat gangguan perumbuhan.
Ketersediaan air bersih dapat menunjang hidup sehat masyarakat. Lebih dari itu, air bersih juga bisa membebaskan anak -anak dari belitan stunting.
Bantuan fasilitas sarana air bersih itu merupakan wujud nyata kehadiran TNI AD di tengah masyarakat. Keberadaan prajurit harus berdampak positif bagi rakyat, di mana pun prajurit bertugas.
Kepala Staf Angkatan Darat TNI Jenderal Dudung Abdurachman optimistis prevalensi angka stunting bakal turun menjadi 14 persen pada 2024 sesuai harapan Presiden Joko Widodo setelah ada program air bersih di daerah ini.
TNI AD berkomitmen ikut memerangi tengkes melalui Program Manunggal Air sejalan dengan Peraturan Presiden No.72 Tahun 2021 yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air bersih yang merupakan faktor utama program percepatan penurunan stunting.
Program Manunggal Air di daerah itu diyakini dapat menurunkan angka prevalensi tengkes.
Selama ini, melalui program tersebut, penanganan tengkes secara nasional berjalan baik.
Di Provinsi Banten, misalnya, prevalensi tengkes saat ini turun sekitar 4,5 persen, dari 24,5 persen pada 2022 menjadi 20 persen pada tahun ini.
TNI, pemerintah daerah, dan seluruh pemangku kepentingan lain terus bekerja keras dan bahu-membahu menurunkan kasus tengkes.
Oleh karena itu, melalui kerja keras bersama terencana, Kasad optimistis prevalensi stunting visa turun menjadi 14 persen pada tahun 2024.
TNI sejauh ini juga melakukan kegiatan pelayanan kontrasepsi di fasilitas-fasilitas kesehatan seperti puskesmas, misalnya, melalui metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di puskesmas sebagai salah satu cara untuk mencegah stunting.
Masih tingginya kasus tengkes itu juga disebabkan tidak adanya pelayanan MKJP.
Melalui metode tersebut, masyarakat diajak mencegah stunting dengan tidak terlalu banyak melahirkan dan jangan pula terlalu tua ketika melahirkan anak.
Selain itu, jangan pula melahirkan satu anak dan selanjutnya dengan rentang waktu berdekatan. Tidak kalah penting jangan menikah terlalu muda.
Menikah itu sebaiknya dalam usia matang, baik laki-laki maupun perempuan, untuk mengurangi potensi anak tidak tumbuh kembang optimal.
Bagi yang mau menikah, saran Kasad, sebaiknya memang sudah siap membangun rumah tangga serta memiliki pekerjaan atau penghasilan.
"Jika menikah sudah siap mental, fisik, maupun material maka dapat melahirkan generasi unggul tanpa stunting," ujarnya.
Penanganan stunting memang tidak bisa berjalan sendiri-sendiri dan harus kolaboratif dengan melibatkan berbagai komponen.
Tengkes merupakan masalah multisektor dan tidak hanya soal kesehatan, tetapi juga terkait dengan masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan.
"Jadi, kunci penurunan stunting harus adanya kolaborasi seluruh komponen untuk melakukan intervensi karena tidak bisa berjalan sendiri," kata Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko saat mendampingi Kasad pada peresmian fasilitas air bersih dan penanganan angka stunting, di Kecamatan Lebak Gedong, Lebak, Banten.
Peresmian penggunaan fasilitas air bersih itu merupakan bagian dari Program Bakti Sosial TNI AD Manunggal 2023.
Melalui program ini, TNI AD menyediakan air bersih melalui pembuatan instalasi berupa sumur bor dan pompa hidran di 1.345 lokasi yang akan dinikmati 240.049 keluarga.
Penyediaan fasilitas air bersih menjadi salah satu bentuk intervensi untuk percepatan penurunan stunting di Indonesia.
Mengutip sebuah hasil riset, Moeldoko menyebutkan kontribusi ketersediaan air bersih pada penurunan tengkes mencapai 40 persen.
“Jadi, pengaruh air bersih untuk penurunan stunting itu memang luar biasa,” katanya.
Prevalensi tengkea di Indonesia saat ini masih sebesar 21 persen dan melalui beragam program intervensi konkret, pada akhir tahun 2023, prevalensinya dapat turun menjadi 16 persen.
Mantan Panglima TNI ini juga berpesan agar peran posyandu lebih dimaksimalkan untuk mendukung program penurunan angka stunting.
Kader posyandu bisa memonitor perkembangan anak, pemberian makanan tambahan yang bergizi dari daerah itu, misalnya, telur dan ikan. Asupan makanan bergizi harus terus digalakkan.
Beberapa upaya lainnya yang juga perlu digencarkan adalah perbaikan sanitasi serta penyediaan jamban yang layak dan sehat di berbagai daerah.
Bapak asuh anak stunting
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengapresiasi komitmen TNI dalam membantu percepatan penurunan prevalensi stunting.
Keterlibatan TNI dinilai sangat efektif dan memberikan dampak luar biasa dalam upaya menekan angka tengkes.
Ia memuji Kasad Jenderal TNI Dudung Abdurachman yang menjadi Duta Bapak Asuh Anak Stunting yang bisa menggerakkan para kepala daerah di Indonesia menjadi orang tua asuh anak stunting.
Setelah diinisiasi Kasad dan menerima arahan dari Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko, kini makin banyak kepala daerah yang menjadi orang tua asuh anak stunting.
Selain itu, Program Manunggal Air untuk memenuhi ketersediaan air bersih diyakini mampu memangkas kasus tengkes.
Untuk penanganan stunting, ada tiga pola yang disentuh melalui kegiatan. Pertama, pelayanan yang dimulai dari posyandu dan selalu memonitor perkembangan anak.
Kedua, pemberian makanan bergizi pada masa tumbuh kembang anak. BKKBN memiliki kebijakan menggunakan makanan lokal, seperti lele, telur, dan protein hewani dan nabati. Ketiga, perbaikan sanitasi dan pembangunan jamban harus dilanjutkan.
"Kami optimistis prevalensi stunting pada tahun 2014 bisa mencapai 14 persen. Sebab, akhir tahun ini diharapkan tinggal tersisa 16 persen angka stunting," katanya.
Sejumlah warga Sobang Kabupaten Lebak senang menerima pasokan air bersih melalui Program Manunggal Air dari TNI AD sehingga masyarakat tidak lagi menggunakan air dari sungai yang tidak layak konsumsi.
Ridwan (45), warga Sobang, Kabupaten Lebak bersyukur sekarang bisa menikmati air bersih dan berharap kelak tidak ada lagi anak-anak di sini yang mengidap tengkes.
Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana pada Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Lebak Tuti Nurasiah menyatakan masyarakat Lebak masih tinggi mengonsumsi air tak layak karena tidak tersedia pasokan air bersih.
Mereka lebih memilih air sungai dan sumur akibat tidak tersentuh infrastruktur jaringan PDAM setempat.
Begitu juga masih banyak warga yang masih buang air besar sembarangan dan tidak memiliki jamban yang layak dan sehat.
Melalui program air bersih TNI ADA tersebut diyakini dapat membebaskan anak-anak Lebak dari stunting.
Pemkab mencatat 126.800 keluarga masuk kategori rawan stunting sehingga perlu dilakukan pendampingan agar tidak melahirkan anak tengkes.
Keluarga rawan stunting itu dengan indikator dari pasangan usia subur (PUS) yang memiliki anak banyak, kelahiran jarak dekat, menikah usia muda, tidak memiliki sumber air bersih, juga tidak memiliki pendapatan, serta rumahnya tak memiliki jamban.
Hilir mudik anggota TNI dari berbagai kesatuan mewarnai keramaian di daerah itu. Padahal, sehari-hari Kecamatan Lebak Gedong, yang wilayahnya berada di kaki kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), tampak sepi. Kalaupun ada kendaraan roda empat, itu bisa dihitung jari.
Hari itu, Selasa pagi pekan ini, masyarakat bersama aparat desa dan kecamatan setempat mempersiapkan kedatangan orang nomor satu di Angkatan Darat.
Kasad akan meresmikan fasilitas sarana air bersih yang dihasilkan oleh Program TNI AD Manunggal Air untuk percepatan penurunan kasus tengkes atau stunting pada anak akibat gangguan perumbuhan.
Ketersediaan air bersih dapat menunjang hidup sehat masyarakat. Lebih dari itu, air bersih juga bisa membebaskan anak -anak dari belitan stunting.
Bantuan fasilitas sarana air bersih itu merupakan wujud nyata kehadiran TNI AD di tengah masyarakat. Keberadaan prajurit harus berdampak positif bagi rakyat, di mana pun prajurit bertugas.
Kepala Staf Angkatan Darat TNI Jenderal Dudung Abdurachman optimistis prevalensi angka stunting bakal turun menjadi 14 persen pada 2024 sesuai harapan Presiden Joko Widodo setelah ada program air bersih di daerah ini.
TNI AD berkomitmen ikut memerangi tengkes melalui Program Manunggal Air sejalan dengan Peraturan Presiden No.72 Tahun 2021 yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air bersih yang merupakan faktor utama program percepatan penurunan stunting.
Program Manunggal Air di daerah itu diyakini dapat menurunkan angka prevalensi tengkes.
Selama ini, melalui program tersebut, penanganan tengkes secara nasional berjalan baik.
Di Provinsi Banten, misalnya, prevalensi tengkes saat ini turun sekitar 4,5 persen, dari 24,5 persen pada 2022 menjadi 20 persen pada tahun ini.
TNI, pemerintah daerah, dan seluruh pemangku kepentingan lain terus bekerja keras dan bahu-membahu menurunkan kasus tengkes.
Oleh karena itu, melalui kerja keras bersama terencana, Kasad optimistis prevalensi stunting visa turun menjadi 14 persen pada tahun 2024.
TNI sejauh ini juga melakukan kegiatan pelayanan kontrasepsi di fasilitas-fasilitas kesehatan seperti puskesmas, misalnya, melalui metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di puskesmas sebagai salah satu cara untuk mencegah stunting.
Masih tingginya kasus tengkes itu juga disebabkan tidak adanya pelayanan MKJP.
Melalui metode tersebut, masyarakat diajak mencegah stunting dengan tidak terlalu banyak melahirkan dan jangan pula terlalu tua ketika melahirkan anak.
Selain itu, jangan pula melahirkan satu anak dan selanjutnya dengan rentang waktu berdekatan. Tidak kalah penting jangan menikah terlalu muda.
Menikah itu sebaiknya dalam usia matang, baik laki-laki maupun perempuan, untuk mengurangi potensi anak tidak tumbuh kembang optimal.
Bagi yang mau menikah, saran Kasad, sebaiknya memang sudah siap membangun rumah tangga serta memiliki pekerjaan atau penghasilan.
"Jika menikah sudah siap mental, fisik, maupun material maka dapat melahirkan generasi unggul tanpa stunting," ujarnya.
Penanganan stunting memang tidak bisa berjalan sendiri-sendiri dan harus kolaboratif dengan melibatkan berbagai komponen.
Tengkes merupakan masalah multisektor dan tidak hanya soal kesehatan, tetapi juga terkait dengan masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan.
"Jadi, kunci penurunan stunting harus adanya kolaborasi seluruh komponen untuk melakukan intervensi karena tidak bisa berjalan sendiri," kata Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko saat mendampingi Kasad pada peresmian fasilitas air bersih dan penanganan angka stunting, di Kecamatan Lebak Gedong, Lebak, Banten.
Peresmian penggunaan fasilitas air bersih itu merupakan bagian dari Program Bakti Sosial TNI AD Manunggal 2023.
Melalui program ini, TNI AD menyediakan air bersih melalui pembuatan instalasi berupa sumur bor dan pompa hidran di 1.345 lokasi yang akan dinikmati 240.049 keluarga.
Penyediaan fasilitas air bersih menjadi salah satu bentuk intervensi untuk percepatan penurunan stunting di Indonesia.
Mengutip sebuah hasil riset, Moeldoko menyebutkan kontribusi ketersediaan air bersih pada penurunan tengkes mencapai 40 persen.
“Jadi, pengaruh air bersih untuk penurunan stunting itu memang luar biasa,” katanya.
Prevalensi tengkea di Indonesia saat ini masih sebesar 21 persen dan melalui beragam program intervensi konkret, pada akhir tahun 2023, prevalensinya dapat turun menjadi 16 persen.
Mantan Panglima TNI ini juga berpesan agar peran posyandu lebih dimaksimalkan untuk mendukung program penurunan angka stunting.
Kader posyandu bisa memonitor perkembangan anak, pemberian makanan tambahan yang bergizi dari daerah itu, misalnya, telur dan ikan. Asupan makanan bergizi harus terus digalakkan.
Beberapa upaya lainnya yang juga perlu digencarkan adalah perbaikan sanitasi serta penyediaan jamban yang layak dan sehat di berbagai daerah.
Bapak asuh anak stunting
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengapresiasi komitmen TNI dalam membantu percepatan penurunan prevalensi stunting.
Keterlibatan TNI dinilai sangat efektif dan memberikan dampak luar biasa dalam upaya menekan angka tengkes.
Ia memuji Kasad Jenderal TNI Dudung Abdurachman yang menjadi Duta Bapak Asuh Anak Stunting yang bisa menggerakkan para kepala daerah di Indonesia menjadi orang tua asuh anak stunting.
Setelah diinisiasi Kasad dan menerima arahan dari Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko, kini makin banyak kepala daerah yang menjadi orang tua asuh anak stunting.
Selain itu, Program Manunggal Air untuk memenuhi ketersediaan air bersih diyakini mampu memangkas kasus tengkes.
Untuk penanganan stunting, ada tiga pola yang disentuh melalui kegiatan. Pertama, pelayanan yang dimulai dari posyandu dan selalu memonitor perkembangan anak.
Kedua, pemberian makanan bergizi pada masa tumbuh kembang anak. BKKBN memiliki kebijakan menggunakan makanan lokal, seperti lele, telur, dan protein hewani dan nabati. Ketiga, perbaikan sanitasi dan pembangunan jamban harus dilanjutkan.
"Kami optimistis prevalensi stunting pada tahun 2014 bisa mencapai 14 persen. Sebab, akhir tahun ini diharapkan tinggal tersisa 16 persen angka stunting," katanya.
Sejumlah warga Sobang Kabupaten Lebak senang menerima pasokan air bersih melalui Program Manunggal Air dari TNI AD sehingga masyarakat tidak lagi menggunakan air dari sungai yang tidak layak konsumsi.
Ridwan (45), warga Sobang, Kabupaten Lebak bersyukur sekarang bisa menikmati air bersih dan berharap kelak tidak ada lagi anak-anak di sini yang mengidap tengkes.
Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana pada Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Lebak Tuti Nurasiah menyatakan masyarakat Lebak masih tinggi mengonsumsi air tak layak karena tidak tersedia pasokan air bersih.
Mereka lebih memilih air sungai dan sumur akibat tidak tersentuh infrastruktur jaringan PDAM setempat.
Begitu juga masih banyak warga yang masih buang air besar sembarangan dan tidak memiliki jamban yang layak dan sehat.
Melalui program air bersih TNI ADA tersebut diyakini dapat membebaskan anak-anak Lebak dari stunting.
Pemkab mencatat 126.800 keluarga masuk kategori rawan stunting sehingga perlu dilakukan pendampingan agar tidak melahirkan anak tengkes.
Keluarga rawan stunting itu dengan indikator dari pasangan usia subur (PUS) yang memiliki anak banyak, kelahiran jarak dekat, menikah usia muda, tidak memiliki sumber air bersih, juga tidak memiliki pendapatan, serta rumahnya tak memiliki jamban.
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023