Pada semester-I 2023, realisasi investasi hulu migas mencapai 5,7 miliar dolar AS, lebih baik dari tahun lalu year on year (yoy)

Jakarta (ANTARA) - Para pelaku usaha sektor hulu migas yang tergabung dalam Indonesian Petroleum Association (IPA) meluncurkan white paper untuk meningkatkan kolaborasi dengan pemerintah demi mencapai tujuan bersama dalam memenuhi kebutuhan energi nasional.

Secara garis besar, white paper tersebut berisi rekomendasi serta usulan IPA dalam meningkatkan gairah investasi demi mengejar target produksi migas di tengah era transisi energi.

Selain itu, upaya meningkatkan produksi migas juga harus dilakukan seiring dengan keberlanjutan lingkungan.

President IPA Yuzaini Md Yusof dikutip dari keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu mengatakan peningkatan realisasi investasi hulu migas yang berhasil dicapai pada semester-I 2023 menjadi tanda bahwa gairah investasi di Indonesia sudah menuju ke arah yang lebih baik.

"Pada semester-I 2023, realisasi investasi hulu migas mencapai 5,7 miliar dolar AS, lebih baik dari tahun lalu year on year (yoy). Investasi ini penting bagi Indonesia untuk menjawab kebutuhan energi yang meningkat," kata Yuzaini saat IPA Convex 2023, Selasa (25/7).

Menurut dia, tren peningkatan investasi ini harus terus dijaga untuk mengejar target produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari dan gas 12 ribu MMSCFD.

Oleh karena itu, transisi energi untuk memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT) tidak serta merta akan menghilangkan penggunaan migas.

"Kita tahu dunia berjalan menuju EBT. Indonesia punya komitmen net zero emission 2060 atau lebih cepat. Perubahan ini tidak akan berjalan singkat, perlu ada transisi, bukan tiba-tiba ke EBT. Jadi, peran industri hulu migas tetap penting dalam memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, sambil hulu migas terus mengurangi emisi karbon seperti dikatakan pada aturan CCS/CCUS," ucap Yuzaini.

Adapun program carbon capture storage/carbon capture utilization and storage (CCS/CCUS) menjadi salah satu fokus pemerintah dan pelaku usaha untuk bisa dikembangkan. Sejauh ini, pemerintah telah menginisiasi 15 proyek CCS/CCUS.

Menurut Yuzaini, pemerintah harus mengejar agar ada pilot project CCS/CCUS bisa terealisasi.

"Minimal ada satu proyek yang bisa berjalan dengan optimal, sehingga bisa menunjukkan ke kami (pelaku usaha) bahwa proyek ini bisa dijalankan," ujar dia.

CCS/CCUS ini juga menjadi salah satu isi dari white paper yang diluncurkan oleh IPA.

IPA menyebut rekomendasi tersebut disusun dengan bekerja sama dengan WoodMeckenzie yang melibatkan semua pemangku kepentingan.

Sementara itu, Direktur Eksekutif IPA Marjolijn Wajong menjelaskan para pelaku usaha saat ini dihadapkan pada target peningkatan produksi dan di sisi lain industri migas juga harus mengurangi emisi. Untuk bisa mengejarnya, pelaku usaha membutuhkan fleksibilitas.

"Kami mengusulkan pertama fleksibilitas, ditunjang oleh UU Migas agar lebih kompetitif," ungkap Marjolijn.

Selain itu IPA, lanjut dia, menjamin penerapan CCS/CCUS memiliki keuntungan lebih bagi penurunan emisi karbon dan peningkatan produksi.

"CCS/CCUS dilihat ada peluang bisnis dan dengan bisnis baru ada multiplier effect, kami juga minta pemerintah melihat CCS/CCUS itu bisa dilakukan di open area. Melihat bisnis model apa yang kiranya baik," katanya.

Sedangkan Chairman Committee IPA Convex 2023 Krishna Ismaputra mengatakan isu penting dalam white paper termasuk mengenai implementasi CCS/CCUS menjadi salah satu poin pembahasan yang menjadi fokus di 2023.

"Ini bisa menjadi peluang peningkatan investasi, dan pengembangan CCS/CCUS diharapkan mendapatkan momentum melalui IPA Convex ini," ucap Krishna.


Baca juga: Menteri ESDM: Industri migas masih berperan di era transisi energi
Baca juga: Ini pesan Kepala BPH Migas kepada badan usaha penugasan BBM subsidi
Baca juga: Anak perusahaan Petronas temukan sumber migas baru di Sarawak

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023