Jakarta (ANTARA News) - Kementerian BUMN mengisyaratkan target setoran deviden BUMN 2006 sebesar Rp23,3 triliun kemungkinan sulit untuk dicapai. Menurut Sesmeneg BUMN, Said Didu di gedung Depkeu, Kamis, pemerintah kemungkinan akan mengevaluasi penarikan setoran deviden interim tahun anggaran 2005 dari PT Pertamina karena dikawatirkan akan mengganggu "cash flow" Pertamina, padahal jumlah setoran interim Pertamina mencapai Rp12,3 persen atau lebih 55 persen. "Jadi dulu Rp23,3 triliun itu kalau Pertamina melakukan (penyetoran-red) interim Rp12.3 triliun. Nah, interim melihat cash Pertamina cukup terganggu, itu kemungkinan jangan ditarik," kata Said. Namun, menurutnya, pihaknya akan mengevaluasi kebijakan interim ini serta kemungkinan mendapat interim dari BUMN lain. "Nanti akan terlihat di akhir-akhir tahun," katanya. Dia mengatakan untuk saat ini pihaknya telah mengamankan setoran deviden Rp7,7 triliun dari BUMN di luar Pertamina. "Yang terbesar tentu saja dari Telkom," katanya. Sebenarnya, kata Said Didu, pemerintah pada tahun ini berencana menarik deviden murni Pertamina dari tahun anggaran 2004 dan 2005, namun hal itu sulit dilakukan mengingat audit neraca awal Pertamina yang tak kunjung usai. "Setelah dihitung-hitung kelihatannya masih ada deviden pada 2004 yang cukup besar sebesar Rp3 triliun lebih ditambah deviden 2005 berdasarkan `in house` (belum diaudit-red) sebesar Rp8 triliun. Dari Rp8 triliun itu, kita baru menarik Rp4 triliun," katanya. Penarikan deviden 2004-2005 sebesar Rp7triliun itu, menurut Said Didu, sudah berada dalam perkiraan pemerintah untuk dilakukan tahun ini. "Kalau terpaksa, pemerintah akan mengambil kebijakan mengambil lagi. Belum deviden namanya kan kalau sebelum audit, tapi mengambil bagian keuntungan pemerintah," ujarnya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006