Amerika Serikat mendesak dan meminta semua pihak untuk memastikan bahwa pasukan mereka menghormati hak asasi manusia rakyat Afrika Tengah dan individu di Republik Afrika Tengah lainnya."

Washington (ANTARA News) - Amerika Serikat Minggu menyatakan keprihatinan yang mendalam atas "laporan luas pelanggaran hak asasi manusia" di ibu kota Republik Afrika Tengah (CAR) dan mendesak pasukan pemberontak untuk memulihkan hukum dan ketertiban.

Koalisi pemberontak Seleka merebut Bangui pada saat sumber yang layak dipercaya mengatakan kepada AFP, bahwa Presiden Francois Bozize telah meninggalkan negara itu dengan sebuah helikopter, setelah runtuhnya kesepakatan gencatan senjata dua-bulan yang didukung oleh kekuatan regional.

"Kami mendesak dan menyerukan kepemimpinan Seleka yang telah mengambil alih Bangui untuk menegakkan hukum dan ketertiban di kota itu dan agar memulihkan layanan dasar listrik dan air," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Victoria Nuland.

"Kami sangat mendesak kepemimpinan Seleka untuk mengakui terus legitimasi Perjanjian Libreville, menjamin pelaksanaannya dan memberikan dukungan penuh kepada Perdana Menteri (Nicolas) Tiangaye dan pemerintahannya."

Tiangaye dipilih sebagai perdana menteri pada Januari untuk memimpin pemerintah sementara guna mengatur pemilihan parlemen baru, menyusul kesepakatan gencatan senjata.

Nuland mengatakan bahwa Washington masih mengharapkan semua pihak dalam perjanjian menghormati kesepakatan itu, meskipun terjadi pertempuran baru.

"Amerika Serikat mendesak dan meminta semua pihak untuk memastikan bahwa pasukan mereka menghormati hak asasi manusia rakyat Afrika Tengah dan individu di Republik Afrika Tengah lainnya," kata pernyataan itu.

"Kami sangat prihatin dengan situasi kemanusiaan yang memburuk di CAR dan laporan luas dan dapat dipercaya mengenai pelanggaran hak asasi manusia oleh pasukan keamanan nasional dan para pejuang Seleka." (AK)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013