Singapura (ANTARA) - Saham-saham Asia melonjak pada awal perdagangan Selasa pagi, setelah China berjanji untuk meningkatkan dukungan kebijakan buat ekonominya yang tersendat, menenangkan sentimen dan mengangkat saham Hong Kong dan China yang terpukul, sementara dolar melemah menjelang pertemuan Federal Reserve minggu ini.
Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang terangkat 1,2 persen lebih tinggi dan akan menghentikan penurunan beruntun enam hari. Sementara itu, indeks Nikkei Jepang melemah 0,22 persen.
Indeks Komposit Shanghai dibuka 1,55 persen lebih tinggi, sementara indeks acuan Hang Seng Hong Kong melonjak 3,4 persen setelah para pemimpin top China berjanji pada Senin (24/7/2023) untuk meningkatkan dukungan kebijakan bagi ekonomi di tengah pemulihan pasca-COVID yang berliku-liku, dengan fokus pada peningkatan permintaan domestik dan mengisyaratkan lebih banyak langkah stimulus.
Ahli strategi Saxo Markets mengatakan pertemuan para pemimpin China mencerminkan pendekatan yang hati-hati terhadap stimulus ekonomi dengan komitmen terbatas, menunjuk pada pengakuan eksplisit atas tantangan yang dihadapi oleh ekonomi sebagai tanda yang agak bullish.
Pasar properti China tetap menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor, dengan saham dan obligasi di industri real estat China meluncur ke posisi terendah sekitar delapan bulan pada Senin (24/7/2023) di tengah kekhawatiran krisis uang tunai di dua pengembang terbesar negara itu.
China akan menyesuaikan dan mengoptimalkan kebijakan properti secara tepat waktu, sebagai tanggapan atas "perubahan signifikan" dalam hubungan penawaran dan permintaan di pasar properti, kata kantor berita negara Xinhua pada Senin (24/7/2023) malam.
Erin Xin, ekonom Greater China di HSBC, mengatakan pembacaan tersebut dapat menunjukkan perubahan lebih lanjut dari kebijakan properti serta nada yang lebih mendukung untuk sektor ini.
"Kami percaya pembuat kebijakan mungkin tetap berhati-hati tentang risiko keuangan, meskipun mereka dapat memberikan dukungan kebijakan lebih lanjut untuk membantu menstabilkan sektor ini."
Indeks pengembang China daratan melonjak 10,5 persen pada Selasa pagi.
Di pasar mata uang, yuan China di luar negeri menguat 0,4 persen menjadi 7,1573 per dolar.
Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam rival utamanya, turun 0,108 persen, sedangkan yen Jepang bertambah 0,07 persen menjadi 141,36 per dolar.
Euro naik 0,11 persen menjadi 1,1074 dolar, setelah mencapai level terendah dua minggu 1,1059 dolar di sesi sebelumnya setelah survei pada Senin (24/7/2023) menunjukkan aktivitas bisnis zona euro menyusut lebih dari yang diharapkan pada Juli, memicu kembali kekhawatiran resesi.
Pasar mengantisipasi Bank Sentral Eropa (ECB) untuk menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Kamis (27/7/2023) tetapi apa yang terjadi setelah itu masih harus dilihat.
Di Amerika Serikat, aktivitas bisnis melambat ke level terendah lima bulan pada Juli, terseret oleh perlambatan pertumbuhan sektor jasa-jasa, menurut survei yang diawasi ketat pada Senin (24/7/2023).
Perlambatan dapat dilihat secara positif bagi Fed, yang ingin melihat aktivitas tenang untuk menurunkan inflasi.
Para pembuat kebijakan secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Rabu (26/7/2023) dengan investor dan ekonom mengharapkan kenaikan itu menjadi yang terakhir dalam siklus pengetatan Fed saat ini.
Di pasar energi, minyak mentah AS naik 0,17 persen menjadi diperdagangkan di 78,87 dolar AS per barel dan Brent terangkat 0,12 persen menjadi diperdagangkan pada 82,84 dolar AS per barel.
Baca juga: Pasar saham Asia nantikan pertemuan Fed, ECB dan BoJ
Baca juga: Saham Asia dibuka melemah, setelah sektor teknologi AS merosot
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023