Dili (ANTARA News) - Presiden Timor Leste mengancam mengundurkan diri jika PM Mari Alkatiri tetap bertahan dan menolak imbauannya untuk meletakan jabatan sehubungan kerusuhan bulan lalu. Jose Kings, seorang anggota komite sentral partai Fretilin yang berkuasa, mengemukakan dalam jumpa wartawan bahwa Alkatiri tidak akan mengajukan permohonan pengunduran dirinya kepada presiden dan bahkan mengusulkan lembaga-lembaga pemerintah Timor Leste menyelesaikan krisis politik dalam kerangka konstitusional. Gusmao, dalam satu pidato nasional Kamis siang seperti dilaporkan DPA, mengatakan ia akan mengirim sepucuk surat ke Parlemen, Jumat untuk menginformasikan tentang pengunduran dirinya sebagai presiden. Perkembangan-perkembangan itu terjadi hanya dua hari setelah Gusmao mengemukakan kepada Alkatiri dalam sepucuk surat bahwa ia kehilangan kepercayaan pada PM itu untuk memerintah Timor Leste, di mana pasukan perdamaian internasional digelar kembali untuk memulihkan keamanan. PM itu menghadapi tuduhan merekrut dan mempersenjatai satu kelompok milisi bersenjata untuk melenyapkan musuh-musuh politiknya. Mantan menteri dalam negeri Rogerio Lobato, sekutu penting Alkatiri, muncul dihadapan umum untuk pertama kali, Kamis di sebuah pengadilan Dili sehubungan dengan tuduhan regu pemukul yang melibatkan langsung PM itu, kata Australian Associated Press dari Dili. Seorang pejabat pengadilan yang dikutip mengatakan Lobato, yang dipaksa mengundurkan diri sebagai menteri dalam negeri setelah kerusuhan itu, menuduh bahwa Alkatiri hadir pada satu pertemuan awal Mei di mana Lobato memerintahkan satu regu pemukul yang punya hubungan dengan Fretilin menghabiskan lawan-lawan pemerintah. Lobato dilaporkan membuat pengakuan dihadapan satu hakim internasional setelah ecara resmi ditahan Kamis atas tuduhan yang disiapkan para jaksa PBB. Jaksa Agung Longuinhos Monteiro dilaporkan mengemukakan kepada kantor berita Portugal Lusa bahwa Lobato dituduh melakukan empat kejahatan: "membatu kejahatan, kepemilikan tidak sah senjata, berkomplot dan berusaha melakukan revolusi."(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006