“Jika Anda tidak yakin dengan pengaturan hak cipta pada suatu gambar, jangan gunakan sampai pengaturannya sangat jelas dan sangat transparan, dan artis yang membuatnya mendapatkan kompensasi yang sesuai,” kata Nadya dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Nadya juga mengatakan bahwa Museum Nasional Australia memiliki satu departemen khusus untuk menangani hak cipta tersebut.
“Hak cipta itu sangat penting, sangat sensitif, sangat rumit, dan apalagi sekarang di era digital, Anda harus mendapatkan hak cipta Anda dengan benar,” ujar Nadya.
Nadya melanjutkan, jika ada karya yang akan dipamerkan di museum dan hak cipta karya tersebut merupakan milik komunitas, pihak museum akan menemui mereka dan meminta izin untuk menampilkan karya mereka di museum.
“Kami akan membayar jika ada biaya yang perlu dibayar terkait dengan karya tersebut,” kata Nadya.
Perempuan ceria tersebut mengatakan bahwa mereka menggunakan lisensi dalam perjanjian untuk memandu hubungan mereka dengan pemegang hak cipta.
“Gambar ini misalnya. Saya hanya memiliki izin untuk menampilkannya sebagai bagian dari presentasi saya, jadi kalian tidak dapat mempublikasikannya,” ujar Nadya sambil tertawa.
Nadya memiliki pengalaman lebih dari sepuluh tahun dalam bidang manajemen dan produksi pameran di Australia dan internasional.
Ia sebelumnya bekerja di bagian Operasi Pameran dan Koleksi di Galeri Nasional Victoria di Melbourne, dan Manajemen Kuratorial dan Pameran di Museum Hermitage di Rusia.
Selain itu, ia juga pernah berpartisipasi dalam pameran di Biennale of Sydney di Australia dan Islamic Arts Biennale di Arab Saudi, serta berkontribusi dalam produksi edisi ke-10 European Nomadic Biennial of Contemporary Art MANIFESTA.
Baca juga: Uni Eropa usulkan aturan hak cipta baru untuk AI generatif
Baca juga: Asosiasi media ASEAN perlu perkuat jaringan untuk "Publisher Right"
Baca juga: Megawati soroti pentingnya hak cipta lindungi karya anak bangsa
Pewarta: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2023