Dhaka (ANTARA) - Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (BRI) mencerminkan komitmen China untuk menumbuhkan kerja sama global dan pembangunan bersama, kata Direktur Eksekutif Center for East Asia Foundation (CEAF) Nasim Mahmmud
Dia mengatakan bahwa BRI, yang diusulkan China pada 2013, menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam 10 tahun terakhir. Langkah itu mewakili upaya luar biasa China untuk menumbuhkan konektivitas, kerja sama perdagangan, dan ekonomi pada skala global.
Menurut dia, proyek tersebut mendorong pertukaran budaya, membantu pembangunan infrastruktur regional, dan meningkatkan integrasi regional, yang seluruhnya mendorong kemakmuran bersama di antara negara-negara partisipan.
"Terutama, bisnis-bisnis China memegang peranan penting di Bangladesh, menghadirkan teknologi mutakhir, pengetahuan, dan investasi ke berbagai bidang," kata Nasim.
Nasim, yang juga menjabat sebagai pemimpin redaksi Belt and Road Magazine, menyampaikan bahwa proyek-proyek infrastruktur signifikan, termasuk jalan, jembatan, dan pembangkit listrik, terwujud berkat kehadiran China, yang mempercepat kemajuan ekonomi dan meningkatkan standar hidup warga Bangladesh.
Terdapat 27 proyek China dalam bidang pembangkit listrik dan energi, memastikan bauran energi Bangladesh didiversifikasi.
Laporan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) milik berbagai perusahaan China menyebutkan bahwa terdapat 12 proyek jalan raya, 21 jembatan, dan tujuh jalur kereta yang dibangun perusahaan-perusahaan China di Bangladesh.
Menurut laporan itu, perusahaan-perusahaan China di Bangladesh menyediakan sekitar 550.000 lapangan kerja di negara Asia Selatan tersebut, yang menggenjot penyerapan tenaga kerja di kalangan warga lokal secara signifikan.
Nasim menjelaskan bahwa pendekatan kolaboratif dan kemitraan mereka dengan perusahaan-perusahaan setempat mendorong pertukaran pengetahuan, pengembangan keterampilan, penciptaan peluang kerja yang sangat besar, dan transfer teknologi, memberdayakan Bangladesh untuk memaksimalkan keuntungan yang dihadirkan keahlian China.
Dia juga mengomentari kebijakan pemberlakuan bebas bea terhadap 98 persen lini tarif (tariff line) barang-barang asal Bangladesh yang diekspor ke China.
"Jika kami dapat meningkatkan kapasitas kami, Bangladesh akan mampu meraup miliaran dolar AS lewat pemanfaatan fasilitas bebas bea yang disediakan oleh China," ujarnya.
Nasim mengatakan bahwa BRI juga menjanjikan peluang bagi perusahaan-perusahaan China untuk terlibat lebih lanjut dengan pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil, serta wadah pemikir (think tank) dan akademisi di Bangladesh.
Dia juga menyoroti kerja sama yang lebih baik bagi kedua pihak di masa mendatang, sehingga perlunya mendorong komunikasi yang efektif. Selain itu, mengedepankan pemahaman antarbudaya antara perusahaan China dan para pemangku kebijakan setempat merupakan hal yang vital.
Selain itu, dia menyampaikan bahwa dialog terbuka, kerja sama, dan pendirian platform bersama dapat mengatasi kekhawatiran, mendorong pertukaran pengetahuan, dan memfasilitasi peningkatan yang kontinu.
"Dengan memberikan insentif untuk transfer teknologi, pengembangan talenta, dan praktik yang berkelanjutan, Bangladesh dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perusahaan-perusahaan China untuk berkembang dan memperkuat hubungan bilateral demi kepentingan kedua negara," ujarnya.
Pewarta: Xinhua
Editor: Imam Budilaksono
Copyright © ANTARA 2023