Para petani mengembangkan ternak kerbau tersebut sebagai usaha sampingan atau tabungan.
Lebak (ANTARA) -
Puluhan kerbau melintasi Jalan Raya Siliwangi Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, yang berada di kawasan perkebunan kelapa sawit.
Kendaraan roda dua dan roda empat pun harus pelan-pelan untuk menghindari puluhan ternak hewan besar itu.
Ternak kerbau itu sehari-hari digembalakan di sekitar kawasan perkebunan kelapa sawit milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan Nusantara III Rangkasbitung, karena melimpahnya rerumputan hijau di lahan luas tersebut.
Para petani melepas ternak kerbau itu pada siang hingga sore hari sebab, pada pagi hari petani berada di sawah atau ladang untuk menanam palawija.
Setiap hari, ratusan kerbau dilepas di lahan perkebunan untuk memanfaatkan rerumputan hijau itu.
Sebagian besar petani di sekitar perkebunan kelapa sawit itu memiliki ternak kerbau.
Memiliki ternak kerbau sangat membantu pendapatan ekonomi petani, karena jika mengalami kesulitan ekonomi, kerbau tersebut bisa dijual.
"Kami sangat terbantu secara ekonomi dari ternak kerbau itu," kata Rasidi (60), warga Rangkasbitung Timur, Kabupaten Lebak,akhir pekan lalu.
Para petani mengembangkan ternak kerbau tersebut sebagai usaha sampingan atau tabungan.
Jika hanya mengandalkan tanaman pertanian, dan bila tidak bisa menghasilkan akibat terserang hama maupun penyakit tanaman, petani akan "gigit jari" karena tidak ada pendapatan.
Petani bisa menjual ternak kerbau untuk membiayai kebutuhan hidup jika terjadi gagal panen atau ada anggota keluarga yang meninggal dunia.
Saat ini, harga ternak kerbau di tingkat tengkulak antara Rp20 juta-Rp30 juta/ekor.
Karena itu, kehidupan ekonomi keluarga petani sangat terbantu dengan memiliki ternak kerbau.
Para petani mengembangkan ternak hewan besar itu secara turun temurun.
"Kami memiliki kerbau 20 ekor dan bila membutuhkan uang untuk sesuatu bisa dijual hingga empat ekor dan jika tidak membutuhkan tentu tidak dijual," kata Rasidi.
Sapri (55), petani di Kecamatan Curugbitung, Kabupaten Lebak, mengatakan memelihara ternak kerbau untuk mengatasi kesulitan ekonomi.
Kandang kerbau miliknya berada di belakang rumah dan kini ia memelihara 10 ekor kerbau.
Selama ini, ternak kerbau mudah dijual untuk mendapatkan uang karena tinggal menghubungi tengkulak.
"Belum lama ini kami kena musibah, orang tua meninggal sehingga terpaksa menjual tiga ekor kerbau dan bisa menghasilkan Rp60 juta," kata Sapri.
Peternakan kerbau di wilayahnya dikelola secara tradisional dengan menggembalakannya di tanah lapang yang banyak rerumputan.
"Setelah dari kebun pada siang hari kami menggembala kerbau di tanah lapang yang banyak rerumputan hijau," katanya.
Sampingan
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lebak Rahmat Yuniar menyatakan petani memelihara ternak hewan besar masih sebagai usaha sampingan dan belum menjadi usaha pokok.
Untuk mengembangkan usaha ternak kerbau, petani terbentur permodalan juga minimnya sumber daya manusia dan teknologi, sehingga usaha mereka dikelola secara tradisional.
Padahal potensi usaha peternakan di Kabupaten Lebak cukup menjanjikan untuk menjadi sentra lumbung ternak karena didukung lahan yang luas.
Kebanyakan petani menggembalakan ternak dilepas di lahan-lahan perkebunan untuk mencari pakan rerumputan.
Pola pengembangan usaha seperti itu tentu kurang mendukung upaya peningkatan populasi ternak besar.
Padahal permintaan kerbau untuk kebutuhan Idul Fitri dan Idul Adha cukup tinggi.
"Saya kira pangsa pasar kebutuhan ternak kerbau cukup jelas dan dapat meningkatkan kesejahteraan petani sendiri, " katanya.
Pemerintah daerah berupaya mengoptimalkan edukasi dan pembinaan kepada petani yang mengembangkan ternak kerbau agar dapat meningkatkan kualitas SDM dan teknologi peternakan, antara lain melalui pengembangan budi daya rumput pecong untuk pakan.
Rumput pecong untuk 50 ekor kerbau diperlukan seluas lima hektare, karena kebutuhan pakan 50 kg/ternak/hari.
Selain itu kerbau tidak dilepas dan berada di kandang dengan kondisi bersih, dan setiap bulan mendapatkan pemeriksaan kesehatan dari dokter hewan.
Pengembangan ternak kerbau harus dilakukan dengan cara inseminasi buatan ( IB) agar cepat meningkatkan populasi ternak.
Kini pemerintah daerah mengembangkan pembibitan untuk pelestarian populasi ternak kerbau agar tidak punah.
Jumlah populasi kerbau di Kabupaten Lebak menurun drastis dari sebelumnya 33.200 ekor dan masuk peringkat kedua tingkat nasional setelah Aceh, menjadi 14.000 ekor
Menurunnya populasi kerbau itu disebabkan berbagai faktor, antara lain berkurangnya pejantan, alih fungsi lahan yang mengakibatkan sulitnya rerumputan sebagai pakan ternak, dan pencurian ternak.
Selain itu juga faktor penerapan teknologi pertanian pangan, sehingga petani meninggalkan penggunaan bajak ternak kerbau.
Ternak yang dikembangkan petani itu jenis kerbau lumpur dan berat badannya bisa mencapai 500-700 kilogram.
"Kami akan mengembangkan teknik budidaya beternak kerbau sehingga bisa meningkatkan populasi hewan besar dan juga ekonomi petani," katanya.
Bantuan
Beberapa tahun lalu Kementerian Pertanian (Kementan) menyalurkan program bantuan pengembangan peternakan kerbau di Kabupaten Lebak.
Bantuan ini dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi petani dan mendukung swasembada daging.
Program bantuan ternak ini dilakukan di Kecamatan Cileles dan Panggarangan dengan alasan kedua daerah ini dinilai merupakan sentra penghasil ternak kerbau.
Penyaluran program bantuan itu di antaranya akan menambah jumlah kerbau pejantan, sebab peternak Lebak masih kekurangan kerbau pejantan.
Sebelumnya tiga tahun beranak, namun dengan bantuan pejantan bisa mempercepat keturunan anaknya menjadi dua tahun.
Selain bantuan ternak juga diberikan pelayanan inseminasi buatan (IB) untuk mempercepat peningkatan pipulasi kerbau.
Pemberian IB sangat efektif untuk mendapatkan keturunan yang unggul dengan harga di pasaran cukup tinggi.
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023